BISNIS.COM, SEMARANG – Harga bawang merah dan bawang putih yang masih tinggi sampai sekarang diperkirakan akan memicu naiknya inflasi Jawa Tengah pada Maret 2013.
Pengamat ekonomi dari Universitas Stikubank (Unisbank) Semarang Alimuddin Rizal Rifai mengatakan sebenarnya bobot tertinggi yang mempengaruhi laju inflasi adalah komoditas beras, cabai, dan telur.
“Pada saat tiga komoditas itu harganya masih terkendali atau terjadi deflasi, laju inflasi masih dapat terjaga. Akan tetapi pada saat harga bawang tinggi ditambah harga beras juga tinggi maka laju inflasi bisa lebih tinggi lagi,” katanya, Minggu (17/3/2013).
Ia mengakui meskipun bawang merah dan bawang putih bukan merupakan kebutuhan pokok, tetapi komoditas tersebut banyak dibutuhkan masyarakat terutama oleh industri makanan.
“Bawang putih sebenarnya bukan menjadi faktor dominan yang mempengaruhi laju inflasi, tetapi juga dapat menjadi pemicu,” katanya.
Kontribusi bawang putih terhadap laju inflasi pada bulan Februari 2013 sebesar 0,75 persen dan diperkirakan akan memberikan kontribusi lebih tinggi lagi jika harganya tidak dapat dikendalikan.
Oleh karena itu, lanjut Alimuddin pemerintah pusat seharusnya segera bertindak mengubah situasi yang ada seperti tidak lagi memperketatkan impor hortikultura.
“Akan tetapi pemerintah seharusnya hanya mengimpor bawang putih, tidak untuk bawang merah karena Indonesia banyak petani bawang merah,” katanya.
Apalagi tingginya harga bawang merah ternyata tidak berbanding lurus dengan keuntungan yang diperoleh petani. Petani bawang merah ternyata tidak merasakan dampak dari naiknya harga komoditas tersebut.
Alimuddin menambahkan terkait dengan kenaikan inflasi pada Maret, diperkirakan tidak semua daerah akan dipicu oleh bawang putih. “Ada daerah yang tingkat permintaan terhadap bawang putih rendah, sehingga harga naik atau tidak naik tidak banyak berpengaruh,” katanya.
Saat ini harga bawang putih di Pasar Peterongan Semarang Rp60 ribu per kilogram dan harga bawang merah Rp44 ribu per kilogram. (Antara/dba)