BISNIS.COM, PANGKAL PINANG--Empat Kawasan Perhatian Investasi Sumatra Bagian Selatan berpotensi mendatangkan investasi mencapai Rp97,43 triliun.
Lucky Eko Wuryanto, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Perekonomian (Kemenko) menyampaikan empat kawasan, antara lain Bangka Barat, Muara Enim-Pendopo, Palembang, dan Tanjung Api-api.
“Kami identifikasi potensi investasi di Sumbagsel [Sumatra Bagian Selatan] ini, cukup besar mencapai Rp97,43 triliun, sebagian besar dari tambang dan perkebunan,” ujarnya usai membuka acara Sumbagsel Expo di Pangkal Pinang, Kepulauans Bangka Belitung, Kamis(7/3/2013).
Berdasarkan data Kemenko, kawasan perhatian investasi (KPI) Muara Enim-Pendopo mengantongi rencana investasi paling besar, yakni mencapai Rp72,42 triliun.
Sementara potensi investasi di Tanjung Api-api senilai Rp15,57 triliun, Palembang mendapat proyek dengan nilai investasi Rp8,09 triliun, dan Bangka Barat berpotensi meraih investasi Rp1,35 triliun.
Kendati demikian, beberapa rencana investasi masih menemui kendala perizinan. Proyek pembangunan infrastruktur, lanjutnya, akan dilakukan tahun ini dan ada pula yang masih berupa rencana aksi korporasi.
"Pemerintah daerah harus berupaya menindaklanjuti rencana investasi itu," ucapnya.
Nazalyus, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan dan Statistik Kepulauan Bangka Belitung, menambahkan realisasi investasi Bangka Belitung pada 2012 tercatat Rp20 triliun. sebagian besar proyek berasal dari sektor tambang dan pariwisata.
Pengembangan koridor ekonomi Sumatera dilakukan dengan tema Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional. Secara geografis, Sumatera diharapkan menjadi gerbang ekonomi nasional ke pasar Eropa, Afrika, Asia Selatan, Asia Timur, dan Australia.
Berdasarkan potensi, pembangunan berfokus pada enam kegiatan ekonomi utama, yakni kelapa sawit, karet, batubara, perkapalan, dan besi baja, termasuk kawasan strategis selat sunda.
Secara rinci, proyek terbesar di Muara Enim berasal dari perusahaan tambang batu bara swasta dengan nilai investasi mencapai Rp66,5 triliun.
Saat ini perusahaan tengah berupaya mendapat insentif pembebasan pajak (tax holiday) atas proyek Pendopo Coal Up Grading berkapasitas 5 juta ton/tahun, Pendopo Coal Gasification dan Coal to Propylene. Perseroan juga sedang memproses izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH) untuk produksi batu bara 40 juta ton/tahun.
Tak hanya swasta, perusahaan milik negara PT Bukti Asam Tbk juga berminat meningkatkan produksi batu bara secara bertahap, dari 12 juta ton/tahun menjadi lebih dari 80 juta ton/tahun dengan investasi senilai Rp5,63 triliun.
Sisanya, 2 perusahaan perkebunan kelapa sawit dan industri minyak kasar dengan nilai investasi masing-masing Rp163 miliar dan Rp123 miliar.
Tanjung Api-api berpotensi menjadi lokasi pengembangan klaster pupuk majemuk berkapasitas 1 juta ton/tahun PT Pupuk Sriwijaya dengan nilai investasi Rp2,7 triliun.
Terdapat pula perusahaan tambang swasta yang berencana membangun lokasi penyediaan produk batu bara atau coal liquiefaction berkapasitas 1 juta ton produk cair/tahun. Proyek tersebut membutuhkan dana sebesar Rp12,6 triliun.
Dua perusahaan kelapa sawit swasta yang berniat memperoleh HGU seluas 13.000 Ha dan 7.000 Ha untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Banyuasin. Nilai investasi masing-masing perusahaan Rp137 miliar.
Dengan investasi sebesar Rp6,24 triliun, PT Pupuk Sriwidjaya berencana merevitalisasi pabrik pupuk amoniak berkapasitas 2.000 MTPD dan Urea berkapasitas 2.750 MTPD di Palembang.
PT Pertamina menganggarkan Rp1,84 triliun untuk membangun fluidized chatalitic cracking unit di refinery unit III Plaju untuk optimalisasi kilang. Dilakukan pula revitalisasi dan relokasi jalur pipa minyak Tempino-Plaju untuk meningkatkan keandalan transportasi minyak mentah sepanjang 267 Km.
Terakhir, PT Timah berencana membangun Bucket Wheel Degree berkapasitas 2.200 ton/unit/tahun, mengembangkan kawasan industri Bangka Barat-Indutri Jangkat, dan membangun PLTU berkapasitas 2x5 MW dengan kebutuhan investasi Rp1,35 triliun.(