Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MOBIL HYBRID: Industri Otomotif Produksi Jika Ada Pasarnya

 

 

JAKARTA--Industri otomotif dengan sendirinya akan memproduksi mobil hybrid atau jenis mobil bermesin bensin dan listrik jika pasar dalam negeri dan ekspornya dapat menyerap produk mobil hemat bahan bakar minyak dan ramah lingkungan.Vice President Director Sales and Marketing PT Nissan Motor Indonesia Teddy Irawan mengatakan jika pasar mobil jenis hybrid di dalam negeri maupun untuk ekspor cukup besar maka industri akan memenuhi kebutuhan pasar tersebut.“Kami pelaku industri otomotif seperti pada umumnya pedagang, kalau pasarnya ada akan digarap,” ungkapnya kepada Bisnis, Minggu (24/6/2012).Menurutnya, Nissan telah memproduksi dalam jumlah terbatas mobil hybrid di luar negeri dan belum dipasarkan di Indonesia karena harganya masih tinggi sehingga belum ada permintaan mobil hemat bahan bakar minyak itu.Jika nanti ada permintaan mobil jenis hybrid di dalam negeri maupun ekspor dan cenderung terus berkembang, lanjutnya, industri otomotof dengan sendirnya akan memproduksi kebutuhan pasar tersebut.Menteri Perindustrian MS Hidayat sebelumnya mengatakan pemerintah segera menerbitkan aturan yang menjadi pijakan hukum dan memudahkan bagi pemasaran mobil hybrid di Indonesia.“Pemerintah sedang menyiapkan kebijakan yang disebut dengan low emission carbon sebagai payung hukum untuk industri otomotif yang ramah lingkungan dan emisi karbon rendah,” katanya.Menurutnya, kebijakan low emission carbon menjadi pijakan hukum bagi jenis mobil ramah lingkungan seperti hybrid, mobil berbahan bakar gas, mobil listrik dan semua  low cost and green car.Untuk itu, lanjutnya, pemerintah memberikan fasilitas dan kemudahan impor mobil hybrid yang dalam tahap awal boleh dalam bentuk utuh atau completely built up sehingga dapat terbangun pasarnya.Dia menjelaskan pasar dalam negeri harus diedukasi tentang teknologi hybrid untuk mobil yang cocok digunakan di daerah dengan tingkat kemacetan lalu lintas tinggi karena saat berhenti mesin listrik yang digunakan dan setelah bergerak dengan kecepatan di atas 30 km per jam, baru beralih ke mesin bensin.“Fasilitas dan kemudahan mendatangkan mobil hybrid dalam bentuk completely built up ada batasnya, karena mereka harus membangun pabrik dan nantinya memproduksi di sini,” ujarnya.(bas)(Foto:ristek.go.id)

 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper