Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

"Woy, elo lebaran kapan...?” Saya kirimkan BlackBerry Messenger itu kepada seorang teman. Dia kebetulan petinggi di partai berasaskan Islam dan kebetulan anggota DPR di komisi yang membidangi masalah agama.

 

Pesan yang saya kirimkan petang kemarin itu sejatinya memang wujud kebimbangan mengenai ketetapan kapan hari raya Idulfitri yang mungkin juga menjadi perasaan mayoritas umat Muslim.

 

Selang berapa saat, pesan saya berjawab. “Gue lebaran 1 Syawal.” Begitu jawaban kolega saya, yang tentu saja, berseloroh.

 

Seloroh—di samping kritik metodologi dan adu argumen fikih—seperti menjadi bukti adanya pro kontra di masyarakat terhadap keputusan pemerintah melalui Kementerian Agama dan sidang isbat semalam tentang 1 Syawal yang  ditetapkan jatuh pada Rabu (31 Agustus).

 

Pernyataan-pernyataan kocak bertebaran melalui BBM dan social media seperti facebook dan twitter. Tentu kita harus menanggapi seloroh itu dengan lapang dada dan dengan cita rasa humor. Namanya juga seloroh.

 

“Aduh kok sepi yah [semalam], Gak ada yang taraweh, juga gak ada yang takbir. Jadi gimana besok, ya? Puasa ½ hari boleh gak?”

 

“Karena tidak ada titik temu tentang penentuan 1 Syawal, maka puasa diulang dari awal lagi....”

 

Penentuan lebaran kali ini memang tidak bulat. Muhammadiyah, berdasarkan perhitungan astronomi mereka, sedari awal sudah menentapkan 1 Syawal jatuh pada 30 Agustus (hari ini).  Sementara Kemendag bersama beberapa organisasi massa Islam menetapkan Idulfitri bersamaan dengan 31 Agustus.

 

“Lebarannya delay sehari... kayak ***** aja [menyebut salah satu maskapai domestik].”

 

Di tengah banyak pesan yang menggambarkan kegalauan umat, ada satu kiriman yang sepertinya menggambarkan optimisme menyikapi perbedaan waktu lebaran.

 

“Temen-temen, jangan bingung, lebaran sudah sudah pasti besok [hari ini], tinggal pilih besok pagi [hari ini]  atau besok lusa...”

 

Hilal yang dalam bahasa Indonesia berarti bulan menjadi kata yang paling sering muncul ketika orang membicarakan 1 Syawal. Terlihatnya hilal menjadi salah satu alat untuk menetukan penetapan 1 Syawal. Sampai dengan semalam, sidang isbat menyatakan hilal belum tampak sempurna. Dengan kocak, seorang teman memelesetkan lagu lama yang dipopulerkan kembali oleh Yuni Shara untuk menggambarkan begitu ‘pentingnya’ hilal.

 

“Hilal permataku...hilal harapanku...”

 

(Plesetan) Hilal pun kemudian dikait-kaitkan dengan persiapan menyambut lebaran di sebagian besar masyarakat Indonesia. Ketupat dan opor adalah menu wajib dalam perayaan Idulfitri.

 

“Karena hilal setitik, rusak opor sebelanga...”

 

Dengan meniru bahasa iklan baris di koran, ada kiriman yang seperti menanggapi kemungkinan opor dan penganan yang rusak itu.

 

"Dijual cepat tanpa perantara, opor ayam, sambel goreng ati, dan kari sapi. Harga Nego, daripada basi...”

 

Begitu pentingnya menyambut lebaran dengan makanan khas yang sudah menjadi tradisi selama beratur-ratus tahun, bagi saya, terasa sekali lewat kiriman berikut ini.

 

"Penetapan pemerintah tentang 1 Syawal tahun ini pantas diperingati sebagai Tragedi Ketupat se-Indonesia... Jadi buat para ibu diimbau untuk mengibarkan serbet setengah tiang di dapur Anda.”

 

Seperti hendak menjawab keluh kesah para keluarga muslim yang sudah menyiapkan penganan lebaran untuk lebaran hari ini namun harus ditunda sampai besok karena ada keputusan pemerintah, di-posting lah pesan yang berbunyi:

 

"Rilis dari Istana: Karena lebaran diundur maka Pemerintah akan mengganti rendang, opor ayam, ketupat, dan sambal goreng ati yang telanjur habis atau basi sebelum hari lebaran. (Tidak berlaku untuk kue kering) dan libur nasional ditambah sehari lagi."

 

Ada pesan yang sedikit serius tapi tetap dengan nuansa yang berseloroh tentang apa yang harus ditanggung pemerintah.

 

“Kalau puasa saya haram, pemerintah yang tanggung.”

 

Dalam syariatnya, umat Islam memang tidak boleh berpuasa pada saat Hari Raya Idulfitri.

 

Ternyata, tidak semua pesan di dunia maya memojokkan pemerintah yang memutuskan 1 Syawal jatuh pada Rabu 31 Agustus.

 

“Keputusan pemerintah menetapkan lebaran hari Rabu didukung 100% oleh para pedagang kaki lima, “sering-sering aja kayak gini,” kata mereka.”

 

Ada juga kiriman yang mengaitkan penetapan lebaran itu dengan aktivitas para setan. Sesuai hadis Nabi, selama Ramadan, setan dibelenggu sehingga kinerjanya berkurang. Mereka akan dilepas lagi ketika Ramadan usai dan hari memasuki 1 Syawal.

 

“Diperintahkan kepada setan-setan agar kembali ke sel masing-masing, karena jadwal pembebasan Anda ditunda sampai dengan tanggal 31 Agustus 2011."

 

Seperti kata pepatah  “gayung bersambut”, pesan itupun bersambut.

 

“Kata pemerintah: Lebaran hari Rabu. Kata Setan: Yaelah, diiket lagi dong, baru aje gue pake sepatu...”

 

Begitulah beberapa seloroh yang sempat saya terima—dan pasti juga Anda—dari dunia maya. Lucu pastinya. Bagi saya, kiriman-kiriman itu cukup menghibur untuk menyikapi perbedaan yang muncul tanpa harus berdebat panjang mengenai siapa yang benar siapa yang salah.

 

Akhirnya, izinkan saya menyampaikan:

 

Andai mulut salah berucap...

Andai mata khilaf memandang...

Andai telinga salah mendengar...

Sebelum hari yang fitri tiba...

Mending buruan deh ke dokter!!!

 

Hehehehe, ini juga salah satu pesan yang mampir ke gadget saya. Selamat hari raya Idulfitri bagi yang merayakan. Mohon maaf lahir batin

 

*) Tulisan ini diadopsi dari harian Bisnis Indonesia. Untuk membaca berita-berita dan memperoleh referensi terpercaya dari Bisnis Indonesia, silahkan klik epaper.bisnis.com, dan Anda juga bisa berlangganan dengan register langsung ke koran Bisnis Indonesia edisi digital.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Sumber : Sutan Eries Adlin

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper