Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengungsi Rohingya Tak Bersedia Ikuti Program Repatriasi ke Myanmar

Bangladesh akan memulai repatriasi pengungsi Rohingya ke Myanmar pada Kamis (15/11/2018), meski banyak yang tidak bersedia untuk kembali secara sukarela.
Perempuan pengungsi Rohingya bersama cucunya, saat menunggu bantuan, di Bangladesh, Selasa (19/9)./Reuters-Danish Siddiqui
Perempuan pengungsi Rohingya bersama cucunya, saat menunggu bantuan, di Bangladesh, Selasa (19/9)./Reuters-Danish Siddiqui

Bisnis.com, JAKARTA -- Bangladesh akan memulai repatriasi pengungsi Rohingya ke Myanmar pada Kamis (15/11/2018), meski banyak yang tidak bersedia untuk kembali secara sukarela.

Seperti dilansir dari The Guardian, Kamis (15/11), kelompok pertama yang akan direpatriasi tidak bersedia untuk kembali ke Myanmar dan sebagian besar mengaku masuk dalam daftar itu tanpa persetujuan mereka. Para pengungsi Rohingya lainnya bahkan memilih bersembunyi.

Mereka khawatir pasukan keamanan akan menjemput mereka pada malam hari dan mengirim mereka melintasi perbatasan dengan paksa.

Beberapa yang diklaim bersedia kembali adalah 450 keluarga Hindu yang berada di daftar 2.260 pengungsi yang telah diperiksa dan disetujui oleh Myanmar untuk kembali.

Rencana repatriasi juga dipandang terlalu dini oleh PBB. UNHCR, badan PBB urusan pengungsi, secara aktif menentang rencana repatriasi ini karena khawatir bahwa kondisi di Myanmar tidak menjamin hak dan keamanan warga Rohingya.

Lembaga itu juga mewawancarai setiap pengungsi dalam daftar repatriasi untuk mengetahui apakah mereka sebenarnya ingin kembali. Per Rabu (14/11) malam, UNHCR telah berbicaraa kepada 48 keluarga yang seluruhnya menyatakan tak ingin kembali ke Myanmar dalam kondisi saat ini.

Terkait hal ini, komisioner pengungsi Bangladesh belum bisa dihubungi untuk memberikan komentar.

Pemerintah Myanmar telah meyakinkan masyarakat internasional bahwa Rohingya akan ditempatkan di rumah-rumah baru yang dibangun di Maungdaw, salah satu dari tiga wilayah yang telah dihuni Rohingya sebelum aksi kekerasan terjadi.

Sejak Agustus 2017, tercatat  sekitar 700.000 warga etnis Rohingya mengungsi ke Bangladesh dari tempat tinggal mereka untuk menyelamatkan diri dari tekanan dan kekerasan yang dilakukan militer Myanmar. Pada pertengahan tahun ini, tim pencari fakta PBB mengumumkan bahwa ada intensi genosida dari militer Myanmar terhadap para warga Rohingya.

Keputusan repatriasi diambil usai Menteri Luar Negeri (Menlu) Bangladesh Shahidul Haque dan pejabat senior Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Myanmar Myint Thu bertemu di Dhaka, pada Selasa (30/10). Myin Thu mengklaim pihaknya telah menyiapkan berbagai langkah untuk memastikan etnis Rohingya yang kembali akan memiliki lingkungan yang aman.


 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper