Bisnis.com, JAKARTA -- Perang tarif antara AS dan China terus berlanjut setelah Presiden AS Donald Trump berniat mengenakan tarif impor baru untuk produk-produk Negeri Panda senilai US$100 miliar.
Trump telah memerintahkan US Trade Representative (USTR/Departemen Perdagangan AS) untuk mempertimbangkan tarif impor tambahan atas sejumlah produk China, Kamis (5/4/2018) waktu setempat.
"Terkait aksi balasan China yang tidak adil, saya sudah menginstruksikan USTR untuk mempertimbangkan apakah pengenaan tarif impor tambahan senilai US$100 miliar mungkin dilakukan menurut Pasal 301 dan, jika iya, untuk mengidentifikasi produk-produk yang bisa dikenakan," paparnya seperti dilansir dari Bloomberg.
Pada Rabu (4/4), China mengumumkan pengenaan tarif impor sebesar 25% untuk produk impor dari AS yang di antaranya berupa kedelai, mobil, bahan kimia, pesawat terbang, dan jagung. Secara keseluruhan, terdapat 106 produk yang masuk dalam daftar dan nilainya mencapai US$50 miliar.
Hal ini merupakan balasan atas keputusan Trump yang menandatangani tarif impor atas 1.300 produk dari China. Tarif impor sebesar 25% diajukan atas sejumlah produk teknologi industri, transportasi, dan medis, dengan nilai mencapai US$50 miliar.
Trump sebelumnya sudah beberapa kali menuding China mencuri kekayaan intelektual perusahaan-perusahaan AS.
Pernyataan Trump terkait tarif impor tambahan berlawanan dengan yang disampaikan oleh penasihat ekonomi utamanya, Larry Kudlow. Dalam sebuah wawancara kepada media, dia mengungkapkan berbagai kebijakan tarif impor yang telah diumumkan Presiden AS hanya merupakan taktik bernegosiasi dengan mitra dagang dan mungkin tidak akan pernah dijalankan.
Kudlow dan beberapa pejabat Pemerintah AS lainnya telah berusaha meredam kemungkinan terjadinya perang tarif di tengah aksi balas membalas antara Trump dan pemerintahan Xi Jinping.
Namun, Trump mengambil jalan yang berbeda. Dalam sebuah pidato di West Virginia, AS, dia menyatakan sekarang saatnya bagi China untuk berhenti mengambil keuntungan dari AS.
"Anda harus mengejar orang-orang yang tidak memperlakukan Anda dengan baik. Kita akan memiliki hubungan jangka panjang yang luar biasa dengan China, tapi kita harus memperbaiki hal ini lebih dulu, harus ada keseimbangan," ujarnya.
Aksi balas membalas tarif impor berawal dari keputusan Trump mengenakan tarif impor untuk produk baja dan aluminium termasuk yang berasal dari China, pada Maret 2018. Masing-masing dikenakan tarif sebesar 25% dan 10%.
China kemudian membalas dengan menjatuhkan tarif untuk impor daging babi, buah, kacang-kacangan, dan wine tertentu yang berasal dari Negeri Paman Sam.