Kabar24.com, BANDUNG - Bergelut dengan sampah sejak di bangku sekolah membuat Ami memiliki gelar khusus.
Amilia Agustin (21), demikian nama lengkapnya, adalah seorang mahasiswi asal Bandung yang diberi julukan "Ratu Sampah Sekolah". Julukan itu diberikan karena kepeduliannya terhadap masalah sampah sejak di bangku SMA.
Kini, ia mengembangkan aktivitasnya terkait pengelolaan sampah di Bali.
Ami, ketika berbincang lewat layanan WhatsApp dengan Antara, Minggu (18/2/2018), menuturkan saat ini dirinya berkuliah di salah satu universitas di Bali.
Kepedulian Ami terhadap sampah dimulai sejak berumur 12 tahun, yakni dengan membuat bank sampah di SMAN 11 Kota Bandung.
Selain itu, pada tahun 2009 ia juga aktif memberikan sosialiasi daur ulang sampah kepada ibu-ibu dan membuat program "Go to Zero Waste School".
Atas segala kepeduliannya tersebut, Ami berhasil terpilih sebagai pemenang apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards tahun 2010 kategori lingkungan.
Ia menuturkan pada awalnya hanya berniat menuntut ilmu tanpa melakukan kegiatan lain di luar perkuliahan selama di Bali.
Namun, semangatnya muncul untuk membuat perubahan, khususnya yang berkaitan dengan kepedulian terhadap masalah sampah.
Selama berkuliah di Bali, Ani memutusan untuk membuat komunitas dengan nama Udayana Green Community, yakni sebuah komunitas yang bergerak di permasalahan lingkungan.
"Kegiatan utamanya fokus juga di pengelolaan sampah tapi sekarang lebih ke sosialisasi pengelolaan sampah ke tingkat dasar, jadi ke sekolah-sekolah dan masyarakat gitu," kata Ami.
Dia bergabung dengan lembaga kegiatan mahasiswa, sehingga merasa memiliki massa untuk membuat suatu pergerakan karena permasalahan sampah itu bersifat luas jadi dapat dilakukan di mana saja.
"Selain di sampah, aku dan temen-temen juga fokus di hak anak sih khususnya pendidikan," lanjut Ami.
Saat ini relawan di komunitas tersebut sudah ada sekitar 30 orang.
Ami menuturkan akan tetap peduli terhadap lingkungan selama masih ada di bumi ini dan hal tersebut yang membuat Ami semangat untuk membuat pergerakan ini.
Ia mengaku hampir tidak mendapatkan hambatan selama melakukan kegiatannya di Bali, bahkan masyarakat di sana merespons baik dan ikut membantu.
Ami berharap semakin banyak masyarakat yang peduli pada lingkungan, khususnya anak muda.
"Saya juga berharap ketika melakukan pergerakan seperti ini hasilnya bukan hanya sekadar angka, namun juga perubahan nyata untuk masyarakat," kata dia.