Kabar24.com, JAKARTA--Kota Oxford di Inggris mencabut gelar kehormatan untuk Aung San Suu Kyi karena wanita itu dianggap tidak berbuat banyak untuk mengatasi krisis Rohingya di Rakhine.
Aung San Suu Kyi, pemimpin de facto Myanmar, menerima gelar kehormatan Freedom of Oxford pada 1997 sebagai penghargaan atas perjuangannya yang tak kenal lelah untuk menegakkan demokrasi.
Namun mosi yang didukung Dewan Kota Oxford menilai bahwa Suu Kyi tidak layak lagi menyandang gelar kehormatan tersebut.
Pekan lalu Universitas Oxford menurunkan foto Suu Kyi dan menggantinya dengan lukisan Jepang sebagaimana dikutip BBC.com, Rabu (4/10/2017).
Pejabat di Kota Oxford, Bob Price mengatakan bukti-bukti yang disampaikan PBB membuat Aung San Suu Kyi tak lagi berhak menerima gelar Freedom of Oxford, penghargaan yang sebelumnya diberikan atas perjuangannya menegakkan demokrasi.
Baca Juga
Gelar tersebut secara resmi akan dicabut bulan November namun para anggota dewan kota menegaskan bahwa keputusan pencabutan gelar bisa dibatalkan jika Aung San Suu Kyi melakukan tindakan untuk mengatasi krisis kemanusiaan di Rakhine.
Oxford memiliki kedekatan dengan Aung San Suu Kyi karena di kota itu dia mengambil jurusan filsafat, politik dan ekonomi di Universitas Oxford pada 1964 hingga 1967.
Suu Kyi menikah dengan peneliti masalah Tibet dan Himalaya di Universitas Oxford, Michael Aris pada 1972 dan tinggal di kota itu selama beberapa waktu bersama dua anaknya, Kim dan Alexander.
Aung San Suu Kyi dikecam karena dianggap gagal memerintahkan militer agar menghentikan kekerasan di Rakhine atau mengatasi krisis kemanusiaan Rohingya. Kegagalannya itu juga mendorong petisi agar Hadiah Nobel Perdamaian untuk dirinya dibatalkan.
Lebih dari 500.000 warga minoritas Muslim Rohingya mengungsi ke negara tetangga, Bangladesh, untuk menghindari gelombang kekerasan di Rakhine.