Kabar24.com, JAKARTA – Amerika Serikat (AS) meluncurkan serangan rudal jelajah terhadap Suriah, dua hari setelah rezim Bashar al-Assad menggunakan gas beracun untuk membunuh sejumlah warga sipil.
Tindakan rezim tersebut telah mengundang kecaman internasional. Presiden AS Donald Trump pun menyebutnya sebagai “penghinaan terhadap kemanusiaan.”
“Malam ini saya memerintahkan serangan militer yang ditargetkan pada lapangan udara di Suriah dimana serangan kimia itu diluncurkan,” ujar Trump kepada para awak media, Kamis malam waku setempat di Florida, tempat ia menjamu Presiden China Xi Jinping sebelumnya.
Ia menjelaskan, perhatian keamanan nasional Amerika Serikat yang sangat penting adalah untuk mencegah serta menghalangi penyebaran dan penggunaan senjata kimia mematikan.
“Tidak ada perbantahan bahwa Suriah menggunakan senjata kimia terlarang, juga melanggar kewajibannya berdasarkan konvensi senjata kimia,” tegasnya, seperti dikutip dari Bloomberg (Jumat, 7/4/2017).
Baca Juga
Menurut Pentagon, serangan terbatas yang dilancarkan pada Jumat pagi di Suriah menghantam sejumlah hanggar, pesawat, penyimpanan amunisi bahan bakar tangki, dan sistem pertahanan udara di lapangan udara Shayrat.
Lapangan terbang itu dipukul oleh 59 rudal jelajah Tomahawk besutan Raytheon Co., yang ditembakkan dari USS Porter dan USS Ross, dua kapal penghancur Angkatan Laut AS di Laut Mediterania.
Beban tugas para perencana militer dibuat lebih rumit dengan kehadiran pasukan Rusia di Suriah untuk mendukung rezim Assad dalam pertempuran melawan sejumlah kelompok pemberontak, termasuk ISIS dan para pejuang al-Qaeda.
Sebelum serangan itu dilancarkan, pihak Pentagon mengirimkan pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak Rusia.
“Pihak strategi militer AS mengambil tindakan pencegahan untuk meminimalisir risiko terhadap personil Rusia atau Suriah yang berada di lapangan terbang,” ujar Kapten Jeff Davis, juru bicara Departemen Pertahanan AS.
Sebelum serangan itu diumumkan, Vladimir Safronkov, Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB, sendiri telah menyatakan bahwa aksi militer AS apapun dapat memberi konseukuensi negatif.