Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PM LI KEQIANG: China dan Jerman Berperan Stabilisator Pasar Internasional

Perdana Menteri China Li Keqiang menyeru China dan Jerman memainkan peran utama memastikan stabilitas pasar internasional di tengah ketidakpastian iklim politik dan ekonomi dunia, kata kantor berita Xinhua, Rabu (25/1/2017).
Kanselir Jerman Angela Merkel/Reuters
Kanselir Jerman Angela Merkel/Reuters

Bisnis.com, SHANGHAI -  Perdana Menteri China Li Keqiang menyeru China dan Jerman memainkan peran utama memastikan stabilitas pasar internasional di tengah ketidakpastian iklim politik dan ekonomi dunia, kata kantor berita Xinhua, Rabu (25/1/2017).

Dalam pembicaraan dengan Kanselir Jerman Angela Merkel, perdana menteri China itu mengatakan politik internasional dan keadaan ekonomi menghadapi beberapa hal tidak pasti, kata Xinhua.

"China dan Jerman harus memberikan tanda stabil pada pasar dunia dan bersama-sama menjaga sistem internasional melalui liberalisasi perdagangan dan investasi," kata Xinhua, mengutip Li.

Di tengah gejolak, yang dimulai presiden baru Amerika Serikat Donald Trump, yang pada hari pertamanya berkantor diwarnai perseteruan dengan media dan unjuk rasa, China memainkan peran sebagai kekuatan penyeimbang perdagangan dunia hingga perubahan iklim.

Presiden China Xi Jinping, sebagai pembicara utama di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Switzerland, juga menawarkan pertahanan yang kuat dari globalisasi dan mengisyaratkan keinginan Beijing untuk memainkan peran yang lebih besar di panggung dunia.

Sementara itu, Trump, yang mulai menjabat Jumat lalu, telah menandatangani perintah penarikan Amerika Serikat dari pakta perdagangan kerja sama Trans-Pacifik dan mengancam jalur perdagangan, termasuk pajak perbatasan pada mobil seiring rencana perusahaan mobil Jerman, BMW, untuk membangun pabrik baru di Meksiko.

Li juga mengatakan China akan terus berperan sebagai "pendukung setia" integrasi Eropa, di tengah meningkatnya tekanan pada blok itu setelah kemenangan pemungutan suara referendum di Inggris tahun lalu untuk meninggalkan Uni Eropa. Trump mengatakan Brexit bisa menjadi "hal yang hebat".

Sementara itu, pascapelantikan Trump sebagai presiden ke-45, ribuan perempuan turun ke jalan di berbagai kota negara-negara Eropa, bergabung dengan "saudara-saudara" mereka di Asia yang melancarkan aksi untuk menentang Trump.

Dengan mengibar-ngibarkan spanduk bertuliskan "Hubungan khusus, katakan tidak" dan "Perempuan kotor bersatu", para pengunjuk rasa berkumpul di luar Kedutaan Besar Amerika Serikat di Lapangan Grosvenor di London sebelum mengarah ke Lapangan Trafalgar untuk mengikuti demonstrasi.

Di seluruh dunia, ada 670 protes yang direncakan digelar, menurut laman para penyelenggara yang mengatakan bahwa diperkirakan lebih dari dua juta orang akan berunjuk rasa menentang Trump.

Banyak pesohor, termasuk aktivis Bianca Jagger, penyanyi Charlotte Church dan aktor Ian McKellen menyatakan dukungan mereka terhadap protes di media sosial.

Di Eropa, aksi unjuk rasa juga berlangsung di Berlin, Paris, Roma, Wina, Jenewa dan Amsterdam.

Unjuk rasa di Wina berjumlah 2.000 orang, menurut perkiraan kepolisian dan penyelenggara. Namun, suhu di bawah nol derajat Celcius secara cepat mengurangi jumlah tersebut hingga hanya ratusan orang.

Di Afrika, ratusan orang menggelar unjuk rasa di hutan kota Nairobi, Karura Forest. Mereka melambai-lambaikan poster serta menyanyikan lagu-lagu protes Amerika.

Salah seorang peserta unjuk rasa, Emily McCartney (28 tahun), mengatakan merasa presiden baru AS tidak menghormati hak perempuan dan kaum "gay".

Banyak pengunjuk rasa juga merasa marah atas komentar Trump terkait pendatang dan Muslim, juga ketidaktertarikan pengusaha properti New York itu terhadap masalah lingkungan.

Di Sydney, kota terbesar Australia, sekitar 3.000 perempuan dan laki-laki melancarkan protes di Hyde Park sebelum berjalan menuju konsulat AS di pusat kota. Sementara itu menurut para penyelenggara, 5.000 orang juga mengikuti demonstrasi di Melbourne.

Di Selandia Baru, aksi unjuk rasa berlangsung di empat kota dan diikuti sekitar 2.000 orang, kata petugas penyelenggara bernama Bette Flagler kepada Reuters.

Di kota lain Asia, unjuk rasa antara lain digelar di Tokyo, yang diikuti ratusan orang, termasuk banyak pekerja asal Amerika Serikat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : ANTARA/REUTERS
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper