Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SABDA RAJA: Ini Tafsir Berdasarkan Kosmologi Jawa

Dekan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM), Mukhtasar Syamsudin memerkirakan ajakan Sultan Hamengku Bawono X ke adik-adiknya agar menemui dirinya tak hanya untuk menjelaskan alasan kemunculan Sabda Raja I dan II.
Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X /Antara
Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X /Antara

Kabar24.com, YOGYAKARTA-- Dekan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM), Mukhtasar Syamsudin memerkirakan ajakan Sultan Hamengku Bawono X ke adik-adiknya agar menemui dirinya tak hanya untuk menjelaskan alasan kemunculan Sabda Raja I dan II.

Mukhtasar menduga Sultan berniat membahas salah satu konsekuensi dari adanya Sabda Raja I dan II, yakni mengubah isi paugeran di Kraton Yogyakarta.

"Paugeran buatan manusia, jadi harus ikut Sabda Raja yang muncul karena ada wahyu tuhan," kata Mukhtasar pada Selasa (12/5/2015).

Menurut dia, Sultan kini tampak sedang berupaya menyelaraskan antara wahyu Tuhan, yang dia terima, dengan isi paugeran. Tidak heran, menurut Mukhtasar, Sultan menyatakan beberapa kali mengundang adik-adiknya untuk berkumpul.

Dia menjelaskan, kosmologi Jawa mengikuti prinsip harmoni antara yang bersifat theosentris atau ketuhanan dengan antroposentris, yakni kehidupan manusia. Keduanya perlu keseimbangan. Selama ini, tradisi Jawa meyakini Kraton Yogyakarta merupakan pengejawantahan dari perintah Tuhan yang terwakili di figur Sultan.

Karena itu, Mukhtasar berpendapat Sabda Raja I dan II otomatis mengubah sebagian besar isi paugeran di Kraton Yogyakarta. Sementara, penafsiran Sabda Raja ke dalam paugeran memerlukan pembahasan bersama di internal Kraton Yogyakarta.

"Paugeran dan perintah tuhan tidak bisa diperlawankan,"tuturnya.

Mukhtasar menambahkan, proses ini menjadi tidak terhindarkan karena Sabda Raja I dan II berdasar pada sumber utama kekuasaan politik di Kraton Yogyakarta, yakni perintah wahyu Tuhan lewat bisikan leluhur ke raja. Adapun paugeran hanya sekedar aturan buatan manusia hasil penafsiran terhadap wahyu Tuhan.

"Paugeran tidak mengandung kebenaran absolut sehingga (saat ini) membuka ruang kemungkinan adanya sulthanat (Sultan perempuan), jadi bisa saja diubah," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Tempo.co

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper