Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Akar Penyebab Partai Golkar Terbelah Dua

Tokoh senior Partai Golkar asal Sulawesi Tengah Murad U Nasir mengatakan doktrin partai yang dia geluti cenderung sudah diabaikan, sehingga mengalami pergeseran nilai mengakibatkan para penghuni partai itu pecah.
Ketua umum Partai Golkar versi Munas Ancol Agung Laksono berpidato saat penutupan Musyawarah Nasional IX Partai Golkar di Ancol, Jakarta, Senin (8/12)./Antara
Ketua umum Partai Golkar versi Munas Ancol Agung Laksono berpidato saat penutupan Musyawarah Nasional IX Partai Golkar di Ancol, Jakarta, Senin (8/12)./Antara

Bisnis.com, PALU— Tokoh senior Partai Golkar asal Sulawesi Tengah Murad U Nasir mengatakan doktrin partai yang dia geluti cenderung sudah diabaikan, sehingga mengalami pergeseran nilai mengakibatkan para penghuni partai itu pecah.

"Doktrin Golkar itu adalah ikrar Pancabakti. Setia pada Pancasila, kesetiakawanan, membangun, pembaharuan. Ini yang bergeser," katanya di Palu, Rabu (10/12/2014).

SIMAK: GOLKAR TERBELAH: DPR Belum Akui Agus Gumiwang Sebagai Ketua Fraksi

Mantan anggota DPR 2009-2014 daerah pemilihan Sulawesi Tengah itu mengatakan karena doktrin Golkar yang bergeser tersebut, posisi Golkar yang selalu komitmen dalam berkarya untuk bangsa juga akhirnya mengalami pergeseran.

"Dulu, Golkar bagaimana menghadang PKI, pembela Pancasila terdepan dan melakukan inovasi karya untuk bangsa. Tapi kelihatannya sudah bergeser," katanya.

Menurut mantan Ketua DPRD Sulawesi Tengah itu untuk menguatkan kembali komitmen Golkar dalam berbangsa maka syarat-syarat menjadi pengurus Golkar harus dikembalikan.

Syarat tersebut, kata dia, kader berprestasi, berdedikasi tinggi, disiplin tinggi, loyalitas tinggi dan tidak tercela.

"Sekarang yang tidak disiplin ada masuk. Ada bekas koruptor, juga masuk. Tidak bayar pajak, masuk," kata Murad.

Dikatakan, sebagian orang masuk Golkar karena orientasinya yang bergeser, sehingga masuk Golkar untuk mempertahankan kekuasaannya. Ide-ide dasar pembentukan Golkar yang mengalami pergeseran tersebut mengakibatkan masuk di partai bukan lagi berorientasi mengabdikan diri untuk bangsa.

"Sekarang kita bagaimana bisa hidup di partai. Bisa mengatur sentra-sentra ekonomi di partai. Jangan heran kalau partai itu dihuni para pemilik modal," ujarnya.

Murad mengatakan politik menguasai ekonomi melalui kekuatan partai politik merupakan ciri politik primitif di negara-negara berkembang.

"Contoh, dulu, saya kontraktor. Ke sana kemari mengemis minta proyek. Dari pada saya mengemis mendingan saya masuk partai. Di sana saya bisa mengatur.”

Hal itulah, kata dia, embrio yang ikut merusak citra perjuangan partai politik di dalam negeri. (Bisnis.com)

BACA JUGA:

DreamWorks Luncurkan TV Keluarga Tayang 24 Jam

Ahok Putar Otak Cari Sosok Seperti Hashim Djojohadikusumo

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper