Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia dilaporkan telah menangkap 34 ekor buaya yang diyakini lepas dari sebuah peternakan di Batam hingga Rabu (22/1/2025) yang berbatasan dengan perairan wilayah Singapura.
Meski kemungkinan buaya-buaya yang lepas tersebut berenang hingga ke negara tetangga kecil, otoritas Singapura tetap mengimbau warganya agar waspada, terutama yang berkegiatan di wilayah perbatasan.
Mengutip Channel News Asia pada Kamis (23/1/2025), Kepala Ancaman Potensial Maritim Pangkalan Angkatan Laut Utama (Lantamal) IV, Letnan Kolonel Mar Bambang Irianto, dalam sebuah pernyataan mengatakan, ke-34 buaya tersebut ditangkap di perairan Pulau Mangkada dan Pulau Seraya, Teluk Sepaku, Sungai Lokan, dan Batu Legong di Batam.
Rio Nugraha, Kepala Bidang Informasi Lantamal IV yang memimpin Satgas Terpadu Penanggulangan Bencana dan Evakuasi Buaya menuturkan, buaya terbesar yang ditangkap memiliki berat lebih dari 1.000 kg.
Buaya-buaya tersebut telah diserahkan oleh Satgas untuk dikembalikan ke penangkaran di Pulau Bulan.
Buaya-buaya tersebut lepas dari sebuah peternakan di pulau tersebut pada 13 Januari setelah hujan deras menyebabkan pagar di sekitar kolam mereka runtuh, media Indonesia melaporkan. Pulau Bulan berjarak sekitar 30 km dari Pulau Sentosa, Singapura.
Baca Juga
Rio menambahkan, hingga saat ini masih belum diketahui berapa banyak buaya yang lepas.
Tommy Steven Parulian Sinambela, kepala konservasi di Pusat Konservasi Sumber Daya Alam Riau, menuturkan, upaya peternakan untuk menghitung buaya-buayanya terhambat oleh tantangan dalam menguras air dari kolam penangkaran.
Manajemen perusahaan, Perkasa Jagat Karunia, mengatakan kepada media lokal sebelumnya bahwa hanya lima buaya yang lepas. Peternakan itu memiliki sekitar 500 buaya.
Rio meyakinkan bahwa berdasarkan penilaian gugus tugas sejauh ini, perairan Singapura tetap aman dari buaya yang lepas.
“Selain mengevakuasi buaya ke habitat yang lebih aman, kami juga mengambil langkah-langkah pencegahan, seperti patroli rutin, memasang rambu-rambu peringatan dan mendidik masyarakat untuk meningkatkan keamanan,” kata Letkol Mar Bambang.
Setelah kejadian tersebut, nelayan di sekitar tempat penangkaran tersebut dilaporkan menghentikan sementara kegiatan penangkapan ikan karena alasan keselamatan.
Meskipun buaya lepas di perairan yang berdekatan dengan Singapura, Tommy mengatakan risiko buaya berenang ke Singapura sangat rendah.
"Buaya biasanya mampu bergerak sekitar 15 hingga 20 km, tetapi buaya yang di penangkaran biasanya terbiasa diberi makan oleh manusia, sehingga gerakannya lebih lambat. Ini berarti kemungkinan mereka berenang ke Singapura dalam waktu singkat sangat kecil," jelasnya.
Di sisi lain, Dewan Taman Nasional Singapura menegaskan kembali bahwa mereka sedang memantau situasi dan menyarankan masyarakat untuk melaporkan setiap pertemuan dengan buaya di 1800 476 1600.
Jika masyarakat bertemu buaya, mereka harus tetap tenang dan menjauh, kata dewan tersebut.
“Mereka tidak boleh mendekati, memprovokasi, atau memberi makan hewan tersebut. Mereka juga harus memperhatikan rambu peringatan dan pemberitahuan yang telah dipasang di area tempat buaya terlihat," katanya.