Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Rusia menurunkan bendera setengah tiang sebagai tanda masyarakat Rusia sedang berduka akibat serangan teroris yang menewaskan ratusan orang saat sedang berlangsungnya konser di Crocus City Hall dekat dengan ibu kota Moskow pada Jumat (22/3/2024).
Dikutip dari Reuters pada Senin (25/3/2024), serangan tersebut dilakukan oleh empat pria dengan membawa senjata tajam dan meluncurkan tembakan ke arah orang-orang sekitar dengan jarak yang dekat sehingga menewaskan 137 orang, termasuk anak-anak, 182 orang mengalami luka-luka dan mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Presiden Rusia Vladimir Putin menetapkan Hari Berkabung Nasional, yakni Minggu (24/3/2024), berjanji akan memburu dan menghukum semua pelaku yang terlibat atas serangan berdarah tersebut.
Dikutip dari video yang diunggah akun YouTube The Times and The Sunday Times pada Senin (25/3/2024), menampilkan Putin yang terlihat sedang berduka atas serangan berdarah tersebut dengan menyalakan lilin di gereja tempat tinggalnya.
Pada Minggu (24/3/2024), warga Rusia beramai-ramai meletakkan bunga di Crocus City Hall, adalah gedung konser yang memiliki kapasitas 6.200 kursi, empat pria tersebut melakukan serangan sebelum grup rock era Soviet Picnic membawakan lagu “Afraid of Nothing”, warga sipil pun berteriak keras akibat mendengar suara tembakan yang bertubi-tubi.
Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) mengaku bertanggung jawab atas tindakan penyerangan tersebut ke warga sipil Rusia melalui pernyataan Telegram yang berasal dari agensi kelompok tertentu, yakni Amaq.
Baca Juga
Putin belum berkomentar secara tersebuka mengenai para pelaku penyerangan tersebut, tetapi menyebutkan para pelaku melarikan diri ke arah Ukraina dan beberapa pihak di Ukraina telah siap mencegat para pelaku tersebut di wilayah perbatasan. Pihak dari Ukraina juga membantah tidak terlibat dalam serangan tersebut.
Menurut saluran Telegram resmi pengadilan Moskow, Pengadilan distrik Basmanny Moskow menetapkan pelaku aksi teroris tersebut pada Minggu (24/3/2024), di antaranya Dalerdzhon Mirzoyev, Saidakrami Rachabalizoda, Shamsidin Fariduni, dan Muhammadsobir Fayzov.
Banyaknya video yang beredar di sosial media yang tidak terverifikasi dan brutal mengenai para tersangka berhasil dibekukan oleh militer Rusia.
Dilansir dari video yang diunggah akun YouTube Associated Press pada Senin (25/3/2024), menampilkan para tersangka yang dibawa ke ruang sidang dalam kondisi yang kelihatannya hilang satu matanya dan menggunakan kursi roda, diperban di bagian telinga kanan, dan mengenakan pakaian berwarna hitam.
Kemudian, salah satu dari tersangka tersebut dalam kondisi mata dan kantong plastik robek di lehernya. Wajah dari keempat tersangka tersebut bengkak sehingga sulit membuka mata.
Serangan teroris yang terjadi pada Jumat (22/3/2024) adalah peristiwa paling berdarah yang memakan banyak korban jiwa. Sebelumnya, Rusia juga pernah mengalami serangan teroris yang mengepung sekolah Beslan pada tahun 2004, militan Islam menyandera lebih dari 1.000 orang dan menewaskan 300 orang, lebih dari setengahnya adalah anak-anak.
Wakil Ketua Keamanan Rusia Dmitry Medvedev menyampaikan Rusia akan terus menargetkan tersangka lainnya dibalik penembakan berdarah itu, dari mana pun asalnya dan siapa pun mereka.
Dia juga sebelumnya telah berbicara mengenai perlunya menghadapi “kematian dengan kematian” dan sejumlah anggota parlemen mulai melakukan diskusi mengenai hukuman mati pantaskah diterapkan kembali.
Di wilayah Moskow dipenuhi oleh papan reklame bertuliskan “Kami berduka” dan mencantumkan gambar sebatang liling beserta tanggal penyerangan tersebut.
Sejumlah negara di seluruh dunia menyampaikan belansungkawa kepada warga Rusia dan kengerian dari tindakan teroris tersebut.
Putin Buru Pelaku Teror Moskow
Putin menyampaikan sebelas orang berhasil ditahan, termasuk empat pria menggunakan senjata api, dan sempat melarikan diri ke wilayah Bryansk, sekitar 340 km (210 mil) barat daya Moskow, yakni mengarah ke Ukraina.
“Mereka mencoba bersembunyi dan bergerak menuju Ukraina, di mana, menurut data awal, sebuah jendela telah disiapkan bagi mereka di sisi Ukraina untuk melintasi perbatasan negara,” ujar Putin, dikutip dari Reuters pada Senin (25/3/2024).
Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) menyampaikan para tersangka bersenjata itu mempunyai kontak di Ukraina dan berhasil ditangkap di perbatasan.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Putin yang berusaha mengalihkan kesalahan atas serangan tersebut yang merujuk ke Ukraina.
Pada Sabtu malam (23/3/2024), ISIS menyebarkan rekaman serangan tersebut melalui saluran Telegramnya.
Dikutip dari Reuters, terdapat video yang dipublikasikan oleh media Rusia dan saluran Telegram yang memiliki hubungan dekat dengan Kremlin, salah satu tersangka mengakui melakukan serangan tersebut karena ditawari uang sebesar setengah juta rubel atau sekitar $5000.
“Demi uang,” ujar tersangka melalui penerjemah Tajik.
Menurut Reuters, video yang ditampilkan tersebut melalui saluran Telegram Rusia tidak dapat memverifikasi keasliannya.
Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyampaikan informasi telah dibagikan kepada pemerintah Rusia pada awal bulan Maret mengenai serangan di Moskow serta telah memberikan peringatan kepada warga AS yang berada di Rusia pada 7 Maret 2024.
Pemerintah AS juga menyebutkan ISIS bertanggung jawab secara penuh atas serangan tersebut. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Adrienne Watson mengatakan Ukraina tidak terlibat sama sekali dalam serangan tersebut.
“Tidak ada keterlibatan Ukraina sama sekali,” ujar Watson,
Para pejabat Rusia pun mengkritik komentar publik AS terkait serangan tersebut, di antaranya informasi yang diberikan tak lama setelah berita mengenai serangan tersebut tersebar, dan menyampaikan bahwa penyelidik Rusia harus diperbolehkan membuat temuan mereka sendiri. (Ahmadi Yahya)