Bisnis.com, JAKARTA – Raksasa ritel Timur Tengah, AlShaya disebut akan memangkas sebanyak 2.000 karyawannya sebagai imbas dari aksi boikot produk Starbucks yang menjadi bentuk dukungan terhadap Palestina.
Dilansir dari Reuters, pemangkasan tersebut tercatat telah dilakukan sejak Minggu (3/3/2024). Jumlah pemangkasan karyawan tersebut sebesar 4% dari total keseluruhan karyawan di induk perusahaan AlShaya.
“Sebagai akibat dari kondisi perdagangan yang terus menantang selama enam bulan terakhir, kami telah mengambil keputusan yang menyedihkan dan sangat sulit untuk mengurangi jumlah rekan kerja di toko Starbucks kami,” tutur AlShaya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (07/03/2024).
Di sisi lain, Starbucks tetap berkomitmen untuk bekerja sama dengan AIShaya di tengah terpaan aksi boikot ini.
“Starbucks tetap berkomitmen untuk bekerja sama dengan AlShaya untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang di wilayah penting ini,” ujar juru bicara Starbucks.
Diketahui, MH AlShaya Co. WLL merupakan perusahaan yang memiliki hak untuk mengoperasikan kedai kopi Starbucks di daerah Timur Tengah sejak tahun 1999.
Baca Juga
Melalui AlShaya, Starbucks kini mengoperasikan sekitar 2.000 gerai di 13 negara seperti Bahrain, Mesir, Yordania, Kuwait, Lebanon, Maroko, Oman, Qatar, Arab Saudi, Turki, dan Uni Emirat Arab.
Aksi Boikot Starbucks
Aksi boikot terhadap produk Starbucks dimulai ketika Starbucks menggugat serikat pekerjanya perihal unggahan di media social mengenai perang Israel dengan Palestina.
Starbucks menggugat serikat pekerjanya di Pengadilan Federal Lowa. Gugatan tersebut dilayangkan karena unggahan soal dukungan terhadap Palestina menuai banyak kecaman dari para pelanggan dan merusak reputasi perusahaan.
Atas hal tersebut, Starbucks menggugat serikat pekerja dengan pelanggaran merek dagang dan menuntut Workers United berhenti menggunakan nama Starbucks Workers United untuk kelompok yang mengorganisir para pekerja perusahaan kopi tersebut.
Namun, gugatan Starbucks terhadap serikat pekerjanya dinilai menjadi sebuah bentuk dukungan terhadap serang Israel ke Palestina. Seruan aksi boikot produk Starbucks pun diserukan hampir di seluruh dunia.
CEO Starbucks, Howard Schultz mengatakan pihaknya telah berada di Timur Tengah selama lebih dari 20 tahun. Sekitar 19.000 karyawan green apron di seluruh wilayah melayani jutaan pelanggan setiap harinya.
Partner bisnis lokal Alshaya Group mengoperasikan hampir 2.000 gerai Starbucks di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Di wilayah tersebut, saat ini kami hanya memiliki gerai di Bahrain, Mesir, Yordania, Kuwait, Lebanon, Maroko, Oman, Qatar, Arab Saudi, Turki, dan Uni Emirat Arab.
Howard menuturkan, kendati pernyataan yang tidak benar tersebar melalui media sosial, dia menegaskan pihaknya tidak memiliki agenda politik.
“Kami tidak menggunakan keuntungan kami untuk mendanai operasi pemerintah atau militer di mana pun – dan tidak pernah melakukannya,” jelasnya.
Howard menampik jika Starbucks memberikan dukungan finansial terhadap aksi militer Israel. Menurutnya tuduhan memberikan dukungan keuangan kepada pemerintah Israel dan/atau Angkatan Darat Israel adalah tidak tepat.
“Starbucks adalah perusahaan publik dan oleh karenanya diwajibkan untuk menyampaikan setiap pemberian perusahaan setiap tahun melalui proxy statement,” ungkapnya.
(Nona Amalia)