Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sejarah Perayaan Cap Go Meh, Identik dengan Lampion dan Mi Panjang Umur

Menilik sejarah perayaan Cap Go Meh, dilakukan sejak Dinasti Han di China.
Suasana perayaan Tahun Baru Imlek di China/Reuters
Suasana perayaan Tahun Baru Imlek di China/Reuters

Kegiatan saat Cap Go Meh

Biasanya, Cap Go Meh dilakukan dengan mengadakan parade dan arak-arakan di sepanjang jalan. Pada malam harinya, perayaaan dilanjutkan dengan mengadakan festival lampion.

Dalam perayaan Cap Go Meh, pertunjukan Barongsai merupakan lambang dari kepercayaan masyarakat Tionghoa. Barongsai diyakini sebagai pertanda kesuksesan, keberuntungan dan pengusir hal-hal buruk.

Kemudian masyarakat juga bisa melakukan penghiasan rumah, mobil, dan lain-lain. Masyarakat juga biasanya memasang lampion khas Imlek.

Tak hanya itu, Cap Go Meh juga dilengkapi dengan makanan yang wajib dihidangkan di meja makan. Yakni mi panjang umur yang menjadi doa dan harapan untuk diberi kesehatan serta umur yang panjang. Uniknya, panjang mi ini bisa mencapai 2 meter.

Ada juga lontong Cap Go Meh yang merupakan makanan peranakan-Jawa. Hidangan ini juga diketahui sebagai pengganti yuanxiao yang terbuat dari tepung beras. 

Festival Cap Go Meh Singkawang

Di Indonesia sendiri, festival Cap Go Meh yang paling terkenal diadakan di Singkawang, Kalimantan Barat.

Pada 2019, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) saat itu Yasonna H. Laoly, menetapkan Festival Cap Go Meh Singkawang sebagai inventarisasi Kekayaan Intelektual Komunal-Ekspresi Budaya Tradisional. 

Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) adalah cara pemerintah untuk melindungi keanekaragaman budaya dan hayati Indonesia, termasuk memperkuat kepemilikan KIK dan mencegah pihak asing membajar atau mencuri KIK Indonesia. 

Yasonna mengatakan, Festival Cap Go Meh Singkawang adalah akulturasi budaya etnis Tionghoa berakulturasi dengan masyarakat lokal sehingga merupakan kekayaan budaya Indonesia secara nyata bisa mendatangkan wisatawan dari dalam dan luar negeri. 

"Kekayaan dan keragaman pengetahuan tradisional dan budaya yang luar biaya ini belum terdokumentasikan dengan baik jadi tidak heran jika sekarang sedikit demi sedikit kekayaan itu ada yang mulai berpindah tangan ke pihak lain," kata Yasona dari siaran pers, Selasa (19/2/2019). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper