Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sebelum Pemilu 2024, Presiden AS Joe Biden akan Temui Jokowi Bahas Proyek Strategis

Pertemuan Joe Biden dan Jokowi akan membahas kemitraan potensial untuk perdagangan nikel, yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik.
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Dok BPMI Setpres
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Dok BPMI Setpres

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dikabarkan akan membahas kemitraan potensial terkait perdagangan nikel yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik (EV). 

Mengutip Reuters, Senin (13/11/2023), kabar tersebut diungkapkan oleh tiga orang sumber yang mengetahui  percakapan tersebut. Joe Biden dan Jokowi dijadwalkan akan bertemu hari ini di Gedung Putih. 

Dari hasil pertemuan terdapat kemungkinan yang  mengarahkan kedua negara menuju negosiasi formal terkait kemitraan perihal perdagangan nikel.

Pemerintahan Joe Biden berdalih masih ada kekhawatiran mengenai standar lingkungan, sosial dan tata kelola di Indonesia, sehingga sedang mengkaji kemungkinan kesepakatan dengan Indonesia akan dapat berjalan.Joe Biden juga merencanakan konsultasi lebih lanjut dengan anggota parlemen dan kelompok buruh AS dalam beberapa minggu mendatang. 

“Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan sebelum kami dapat secara resmi mengumumkan perundingan mengenai kemitraan mineral penting,” jelas sumber. 

Diskusi pemerintahan Biden akan fokus untuk memastikan potensi pasokan nikel diproduksi dengan dampak lingkungan sekecil mungkin.

“Momentumnya secara keseluruhan cukup menjanjikan, namun [kami] tidak ingin meremehkan fakta bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan di sini,” kata salah satu sumber.

Persediaan nikel di Indonesia adalah  yang terbesar di dunia. Penambangan nikel di Indonesia juga dianggap sebagai penyebab deforestasi besar-besaran dan polusi air.

Sebelumnya, Indonesia meminta AS untuk memulai pembicaraan tentang perjanjian perdagangan untuk mineral penting, sehingga ekspor dari negara Asia Tenggara tersebut dapat tercakup dalam Undang-Undang Pengurangan Inflasi Amerika Serikat (IRA).

Sebagian besar nikel Indonesia diolah menjadi logam mentah. Namun pemerintah ingin mengembangkan rantai pasokan kendaraan listrik untuk memanfaatkan cadangan nikel yang sangat besar, yang dapat diolah menjadi bahan baterai. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper