Bisnis.com, JAKARTA – Ukraina menyebut konferensi tingkat tinggi (KTT) yang membahas perdamaian perang di Jeddah Arab Saudi pada Sabtu (5/8/2024) hingga Minggu (6/8/2024), produktif, sementara Rusia menyebut gagal.
Melansir Reuters, Senin (7/8/2023), seorang pejabat senior Ukraina mengatakan pada hari Minggu (6/8/2023), bahwa pembicaraan di Arab Saudi membuat kemajuan menuju penyelesaian damai perang dengan Rusia sebagai hal produktif, tetapi Moskow menyebut pertemuan itu sebagai upaya yang gagal untuk mendapatkan dukungan Global Selatan di belakang Kyiv.
Lebih dari 40 negara, termasuk China, India, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa, tetapi bukan Rusia, ikut serta dalam pembicaraan Jeddah yang berakhir pada Minggu (6/8/2023).
Ukraina dan sekutunya menyebut pembicaraan itu sebagai upaya untuk mendapatkan dukungan internasional yang luas untuk prinsip-prinsip yang diinginkan Kyiv sebagai dasar perdamaian, termasuk penarikan semua pasukan Rusia dan pengembalian semua wilayah Ukraina ke kendalinya.
Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan dia ingin KTT global berlangsung berdasarkan prinsip-prinsip itu akhir tahun ini.
Kementerian Media Arab Saudi mengatakan para peserta telah menyepakati pentingnya melanjutkan konsultasi untuk membuka jalan bagi perdamaian.
Baca Juga
Adapun, pejabat Eropa mengatakan para peserta berencana membentuk kelompok kerja untuk mengatasi masalah khusus yang ditimbulkan oleh perang.
Delapan belas bulan setelah Rusia menginvasi Ukraina, setiap prospek pembicaraan damai langsung antara Kyiv dan Moskow tampak jauh karena pertempuran berkecamuk di sepanjang garis depan.
Berbicara tentang pembicaraan Jeddah, kepala staf Zelensky, Andriy Yermak mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Kami telah melakukan konsultasi yang sangat produktif tentang prinsip-prinsip utama yang harus dibangun perdamaian yang adil dan abadi."
Terpisah, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov dikutip oleh media pemerintah pada hari Minggu (6/8/2023) mengatakan pertemuan itu adalah "cermin dari upaya Barat untuk melanjutkan upaya yang sia-sia dan gagal" untuk memobilisasi Global Selatan di belakang posisi Zelensky.
Sementara negara-negara Barat secara luas mendukung Ukraina, banyak negara lain enggan memihak meskipun mereka ingin mengakhiri konflik yang telah menghantam ekonomi global.
Partisipasi China, yang menjauh dari putaran pembicaraan sebelumnya di Kopenhagen dan telah menghindari seruan Barat untuk mengutuk invasi Rusia, mengisyaratkan kemungkinan perubahan dalam pendiriannya tetapi bukan perubahan besar, kata para analis.