Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral Jepang (BOJ) diperkirakan akan mempertahankan kebijakan moneternya yang longgar pada minggu depan dan pemulihan ekonomi yang moderat.
Dikutip dari Reuters, Jumat (9/6/2023) bank sentral Jepang memberikan sinyal bahwa inflasi masih lebih tinggi dari perkiraan. Namun, pandangan tersebut tidak secara otomatis memicu kenaikan suku bunga.
Sebelumnya, Gubernur BOJ Kazuo Ueda, telah menekankan bahwa kebijakan yang sangat longgar perlu dipertahankan sampai pertumbuhan upah yang tahan lama mendampingi kenaikan harga.
BOJ diperkirakan akan mempertahankan target suku bunga jangka pendek -0,1 persen dan batas 0 persen pada imbal hasil obligasi 10 tahun, berdasarkan kebijakan kontrol kurva imbal hasil atau YCC.
Kemudian, BOJ kemungkinan akan memberikan pandangan yang sedikit pesimis pada ekspor dan produksi karena permintaan AS dan China yang lemah. Pada April 2023, BOJ mengatakan bahwa ekspor dan produksi sedang stagnan.
Namun BOJ sebagai bank dari negara dengan perekonomian terbesar ketiga tersebut tetap berpegang pada pandangannya bahwa negaranya akan pulih secara moderat karena adanya peningkatan konsumsi pasca-pandemi mengimbangi ekspor yang lemah.
Baca Juga
Perkiraan Inflasi Jepang
Menurut sumber, inflasi akan melebihi proyeksi awal dari BOJ. Sumber tersebut juga mengatakan bahwa BOJ perlu waspada terhadap risiko naiknya inflasi dan risiko perlambatan ekonomi Jepang akibat resesi luar negeri yang dalam.
"Sementara BOJ tidak akan mengeluarkan proyeksi inflasi baru minggu depan, mereka mungkin akan memberikan sinyal bahwa inflasi melebihi proyeksi awal - mungkin pada sesi briefing Ueda setelah pertemuan," jelas sumber Reuters.
Menurut para analis, dengan banyak perusahaan yang terus menaikan harga maka BOJ secara luas akan meningkatkan proyeksi inflasinya pada tinjauan triwulanan berikutnya.
BOJ sendiri juga mengharapkan inflasi konsumen inti mencapai 1,8 persen dalam tahun fiskal saat ini. Angka tersebut lebih rendah dari proyeksi analis yang sebesar 2,6 persen.