Bisnis.com, JAKARTA – Peluncuran satelit Korea Utara pada Rabu (31/5/2023) gagal setelah terjadi malfungsi terhadap roket tahap kedua.
Dilansir dari Reuters, media pemerintah Korea Utara KCNA melaporkan peluncuran satelit Chollima-1 gagal karena ketidakstabilan pada mesin dan sistem bahan bakar. Pendorong roket dan muatannya jatuh ke laut.
Peluncuran ini merupakan upaya peluncuran satelit keenam dan yang pertama sejak tahun 2016. Peluncuran ini sedianya menempatkan satelit mata-mata pertama Korsel di orbit.
Sebelumnya, Korut mengatakan bahwa peluncuran tersebut akan membawa roket ke arah selatan. Berbagai tahapan dan puing-puing peluncuran diperkirakan akan jatuh di atas Laut Kuning dan masuk ke Samudra Pasifik.
Peluncuran ini memicu alarm peringatan di Jepang dan Korea Selatan. Pemerintah Kota Seoul memberikan pesan peringatan kepada warga sebagai imbas dari rudal yang diluncurkan oleh Korut.
Pesan peringatan tentang rudal Korut dikirim ke seluruh ponsel (handphone) ke seluruh warga kota Seoul.
Baca Juga
Berdasarkan pantauan Bisnis, pesan peringatan dari Presiden Korsel Yoon Seok-yul dikirim ke warga Seoul pada Rabu sekitar pukul 06.45 waktu setempat.
“Pesan peringatan. Ada serangan misil Korea Utara. Masyarakat diminta evakuasu dan hati-hati,” tulis pesan peringatan tersebut.
Selang 20 menit, muncul pesan peringatan kedua yang menyebutkan bahwa informasi peluncuran misil Korut tersebut ternyata salah.
Pada pukul 07.25 waktu setempat, Bisnis kembali terima lagi informasi melalui HP yg menyatakan bahwa Wartime Alert yang dikeluarkan pemerintah kota Seoul disebabkan krn peluncuran rudal oleh Korut.
Informasi tersebut sekaligus menyatakan pesan peringatan untuk seluruh wilayah di kota Seoul telah diangkat dan para penduduk kota Seoul diharapkan dpt menjalankan aktivitas seperti biasa.
Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan Gandi Sulistianto mengatakan bunyi alert pada intinya menghimbau para penduduk kota Seoul utk bersiap evakuasi dan mendahulukan anak-anak, orang lanjut usia dan mereka yg lemah fisik untuk evakuasi terlebih dahulu.
“Kami segera pantau keadaan di luar, namun tidak tampak pergerakan seperti layaknya perang,” ujar Gandi dalam keterangan resmi, Rabu (31/5/2023).
Sementara itu, pemerintah Jepang mengeluarkan peringatan darurat melalui sistem penyiaran J-Alert untuk penduduk prefektur selatan Okinawa pada Rabu pagi. Pemerintah memperingatkan penduduk untuk berlindung di dalam ruangan jika mereka berada di luar.
Setelah Korut mengatakan bahwa rudal tersebut tidak akan terbang ke wilayah Jepang, peringatan tersebut segera dicabut.
Pada hari Selasa, wakil ketua Komisi Militer Pusat Partai Pekerja Korea Utara Ri Pyong Chol mengatakan bahwa latihan militer gabungan yang sedang berlangsung oleh AS dan Korea Selatan mengharuskan Korut untuk memiliki alat pemantauan.
“Kami perlu memiliki sarana yang mampu mengumpulkan informasi tentang tindakan militer musuh secara real time," ungkap Ri.
Sebelum peluncuran hari Rabu, Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa setiap peluncuran Korut yang menggunakan teknologi rudal balistik akan melanggar beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB.
"Kendaraan peluncur ruang angkasa (SLV) menggabungkan teknologi yang identik dengan, dan dapat dipertukarkan dengan, teknologi yang digunakan dalam rudal balistik, termasuk rudal balistik antarbenua," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS.