Bisnis.com, JAKARTA - Blogger militer terkenal Rusia Vladlen Tatarsky tewas akibat ledakan bom di sebuah kafe St Petersburg pada Minggu (2/4/2024). Kejadian ini hanya beberapa hari setelah wartawan The Wall Street Journal ditahan Rusia karena diduga mata-mata.
Komite Investigasi Rusia mengatakan telah membuka penyelidikan pembunuhan. Kantor berita Rusia, RIA mengatakan 25 orang terluka dan 19 di antaranya dirawat di rumah sakit.
Seorang pejabat terkemuka Rusia menuding Ukraina, tanpa memberikan bukti. Adapun, penasihat Presiden Ukraina mengatakan "terorisme domestik" sedang pecah di Rusia.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan sikap diam di Ibu Kota Barat mengungkap kemunafikan atas ekspresi keprihatinan terhadap wartawan. Sebelumnya, Amerika Serikat (AS) bereaksi keras dan memprotes penahanan wartawan Evan Gershkovich. Dia ditahan Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) pada akhir pekan lalu.
Pihak The Wall Street Journal menegaskan, bahwa tuduhan mata-mata terhadap wartawab itu adalah palsu. Penahanan ini disinyalir akan memperburuk hubungan yang sudah berkecamuk antara Rusia dan AS.
Seperi diketahui, AS adalah pendukung militer terbesar Ukraina dalam perang dengan Rusia. Negara yang dipimpin Joe Biden ini telah memberlakukan sanksi terhadap Moskow.
FSB pun telah membuka kasus kriminal terhadap Gershkovich atas dugaan spionase. Dia dituduh mengumpulkan informasi yang diklasifikasikan sebagai rahasia negara tentang pabrik militer seperti dilansir Reuters pada Kamis (30/3/2023).
FSB telah menahan jurnalis berusia 31 tahun itu di Kota Yekaterinburg di Ural ketika dia mencoba mendapatkan informasi rahasia, tetapi tidak memberikan bukti dokumenter atau video tentang kesalahannya.
"Telah ditetapkan bahwa Evan Gershkovich, yang bertindak atas tugas dari pihak Amerika, mengumpulkan informasi yang diklasifikasikan sebagai rahasia negara tentang aktivitas salah satu perusahaan di kompleks industri militer Rusia," kata FSB.