Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian mengusulkan menjadikan program pemerintah pusat sebagai ajang kompetisi bagi pemerintah daerah (pemda). Menurutnya, polarisasi saat Pemilu 2024 berisiko terlantar karena banyak pihak berfokus pada kontestasi 5 tahunan tersebut.
“Indikator keberhasilan pemilu juga sebaiknya agar semua program pemerintah harus jalan on the track, karena yang dikhawatirkan saat tahun politik dan puncak 2024 akan semua pihak larut terhadap [mengincar] kemenangan, akhirnya program pemerintah menjadi korban,” ujarnya saat memberikan Keynote Speech pada acara Dialog Kebangsaan bersama Partai Politik (Parpol) dalam rangka persiapan Pemilu 2024 di The ST. Regis Hotel Jakarta, Senin (13/3/2023).
Oleh sebab itu, Tito mengatakan dengan menjadikan program Negara sebagai kompetisi bagi pemda dapat membuat visi dan misi pemerintah menjelang pemilihan umum (Pemilu) 2024 tetap berjalan dengan baik.
“Sehingga kami menyarankan mendorong Pemda untuk bersaing menjalankan programnya, kita kompetisikan dan bisa kita umumkan 10 Provinsi terbaik dalam penanganan stunting dan yang 10 terburuk. Agar mereka juga bergerak, kemudian isu lain seperti inflasi, kemiskinan ekstrem, itu diumumkan karena ini momentumnya [bagi] rekan-rekan kepala daerah,” tuturnya.
Berkaca pada Pemilu 2019, sambungnya, polarisasi dan politik identitas marak terjadi sehingga seluruh pihak hanya berfokus pada kemenangan dan menelantarkan program-program pemerintah yang ada.
“Kita tidak mengharapkan itu tedjadi kembali, pidato bapak Presiden tentunya kita berharap tidak ada perpecahan karena Negara kita sangat plural dan toleran,” katanya.
Baca Juga
Dia melanjutkan untuk mencegah perpecahan juga terdapat sejumlah langkah-langkah lainnya yang dapat dilakukan dalam rangka mencegah polarisasi yaitu melalui narasi ideologi.
“Kita perlu terus mengkampanyekan narasi narasi-narasi moderat yang membuat persatuan dan kesatuan bangsa tidak goyah, seperti landasan negara Pancasila itu sesuatu final kemudian narasi unity and diversity, dan kebhinekaan, baik akademik diskusi formal maupun kegiatan non-akademik. Bisa di acara kesenian hingga olahraga,” pungkas Tito.