Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi mengatakan baru saja menyelesaikan kunjungan kerjanya di Canberra, Australia, pada 8-9 Februari 2023.
Dia menyampaikan bahwa agenda utama dari kunjungan itu adalah bersama Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto, bertemu dengan Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong serta Menteri Pertahanan Australia, Richard Marles.
Pihaknya menjelaskan bahwa pertemuan dengan pejabat Australia tersebut terakhir dilakukan di Jakarta pada tahun 2021.
"Pertemuan ini memiliki arti sangat penting bagi Indonesia dan Australia karena membahas isu strategis politik luar negeri serta pertahanan atau keamanan baik yang sifatnya bilateral maupun kawasan dan dunia," katanya.
Menlu Retno menyampaikan agenda besar yang dibahas dalam kunjungan tersebut, yaitu mulai dari dinamika kawasan hingga Asean, serta ketahanan ekonomi.
"Di dalam pertemuan, dibahas agenda besar, yaitu, dinamika kawasan, yang antara lain membahas mengenai kompetisi major powers di kawasan, keamanan maritim, Asean, dan Pasifik; serta kerja sama bilateral, yang antara lain membahas ketahanan ekonomi, kerja sama keamanan siber, dan kebijakan pertahanan," lanjutnya.
Baca Juga
Pihaknya menjelaskan bahwa agenda yang dibahas yaitu mengenai dinamika kawasan, Indonesia khawatir terhadap meningkatnya rivalitas di kawasan.
"Pertama, Indonesia sangat khawatir terhadap meningkatnya rivalitas di kawasan. Jika tidak dikelola dengan baik, rivalitas tersebut dapat menjadi konflik terbuka yang sangat berdampak terhadap kawasan," tambahnya.
Retno menekankan bahwa Indonesia terus mengajak Australia untuk bersama-sama menjadi positive force dalam menjaga kawasan Indo-Pasifik yang damai, stabil, dan sejahtera.
"Indonesia juga menyampaikan kembali cara pandang mengenai Indo-Pasifik yang mengedepankan kerja sama inklusif di bidang ekonomi dan pembangunan. Harapannya, dengan kerja sama inklusif, ketegangan ini dapat diturunkan. Dalam kaitan inilah Indonesia menekankan pentingnya sinergi implementasi Asean Outlook on Indo-Pacific (AOIP)," lanjutnya.
Selanjutnya, yang kedua, Menlu Retno menyampaikan penekanan mengenai pentingnya penghormatan terhadap hukum internasional, khususnya UNCLOS 1982, agar laut menjadi kekuatan yang mendukung perdamaian dan kemakmuran.
"Kondisi kondusif harus diciptakan oleh semua pihak di Laut Tiongkok Selatan. Saya juga menekankan pentingnya mengatasi tantangan maritim non-tradisional khususnya human trafficking dan IUU fishing," katanya pada Kamis (9/2/2023).
Maka dari itu, menurutnya penting mekanisme kerja sama Kawasan seperti Bali Process yang diketuai bersama oleh Indonesia dan Australia.
"Pertemuan Bali Process tahun ini akan dilakukan di Adelaide besok. Saya bersama Menlu Penny Wong akan menjadi co-chairs dari pertemuan tersebut," ucapnya.
Lebih lanjut, yang ketiga, Menlu Retno menyampaikan dalam pertemuan mengenai prioritas keketuaan Indonesia di Asean.
"Saya sampaikan prioritas Keketuaan Indonesia yang mengambil tema “Asean Matters, Epicentrum of Growth" yang memiliki tiga pilar utama, antara lain, Asean Matters, Epicentrum of Growth dan Implementasi AOIP," tambahnya.
Retno juga menjelaskan mengenai flagship events keketuaan Indonesia di bawah payung Asean Indo-Pacific Forum yang merupakan implementasi dari AOIP dan mengundang partisipasi Australia.
Selanjutnya yang keempat, di dalam pertemuan, Menlu juga menjelaskan mengenai komitmen Indonesia untuk terus meningkatkan engagement dengan Pasifik.
"Indonesia terus meningkatkan engagement dengan Pasifik, termasuk melalui Triangular Cooperation dengan Australia dan terus meningkatkan engagement kita dengan PIF dan MSG," katanya.
Lebih lanjut, Menlu Retno menekankan bahwa Indonesia berupaya untuk menghubungkan Pasifik dengan kawasan Indo-Pasifik secara lebih luas dan juga tentunya dengan dunia.
Pihaknya mengatakan bahwa Indonesia percaya stabilitas dan kemakmuran di Pasifik akan berkontribusi terhadap stabilitas dan kemakmuran Indo-Pasifik.