Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tengah melacak kembali kondisi anak-anak korban gagal ginjal akut yang sebelumnya telah dinyatakan sembuh.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, hal ini dilakukan setelah pihaknya menerima laporan terkait kondisi terkini korban gagal ginjal akut yang mengalami gangguan pada organ lainnya.
Pemeriksaan itu, sambungnya, dilakukan agar Kemenkes dapat memastikan penyebab utama dari temuan berbagai penyakit usai pasien gagal ginjal akut dinyatakan sembuh.
"Kita dengar juga bahwa ada pengaruh ke organ lain, sekarang kita lagi cek apakah itu memang disebabkan oleh gagal ginjal akut atau dia juga kena penyakit lainnya," terang Budi di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (14/12/2022).
Sebelumnya, laporan terkait dampak lanjutan pada korban gagal ginjal akut pertama kali diungkapkan oleh Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN). BPKN menyebutkan bahwa, banyak anak korban gagal ginjal akut yang mengalami gangguan pernapasan dan hilang kesadaran.
Kondisi tersebut yang mengharuskan orang tua korban gagal ginjal akut untuk melarikan kembali anak-anak mereka ke rumah sakit terdekat.
Baca Juga
Adapun, gagal ginjal akut menjadi salah satu masalah kesehatan yang ditemukan pada 2022. Kasus gagal ginjal akut sendiri baru mulai mengalami tren kenaikan pada Agustus 2022.
Pada awal September 2022, Kemenkes masih menduga bahwa faktor risiko terbesar dari maraknya temuan kasus ini karena virus ataupun bakteri. Namun, setelah dilakukan review patologi, hanya sebagian kecil pasien saja yang ternyata terjangkit virus atau bakteri.
Kemenkes kemudian melakukan penelitian bersama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), ahli epidemiologi, dan toksikologi untuk menemukan penyebab utama dari temuan kasus gagal ginjal akut di Indonesia.
Berdasarkan penilitian itu, dapat disimpulkan bahwa kandungan etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) yang ditemukan pada obat-obat sirop menjadi penyebab utama kasus gagal ginjal akut.