Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan pada Senin (14/11/2022) kepada Presiden China, Xi Jinping bahwa Beijing memiliki kewajiban untuk mencoba berbicara dengan Korea Utara agar tidak melanjutkan uji coba nuklir.
Joe Biden bertemu dengan Xi Jinping selama lebih dari tiga jam menjelang KTT G20 di Bali, Indonesia, Senin (14/11/2022).
Biden mengatakan telah memperingatkan Xi bahwa AS akan melakukan apapun yang perlu dilakukan untuk mempertahankan diri dan sekutu Korea Selatan, serta Jepang jika Korea Utara melanjutkan uji coba senjata nuklir.
Penasihat keamanan nasional Biden, Jake Sullivan mengatakan bahwa Biden juga akan memperingatkan Xi, bahwa perkembangan senjata Korea Utara akan meningkatkan kehadiran militer AS di kawasan itu, mengingat hal itu tidak diinginkan oleh Beijing.
"Bahwa saya pikir mereka memiliki kewajiban untuk berusaha menjelaskan," kata Biden kepada Xi, bahwa Korea Utara tidak boleh melanjutkan uji coba nuklir.
Korea Utara telah melakukan rekor peluncuran rudal balistik pada tahun ini dan Washington telah memberikan peringatan bahwa Korut dapat melakukan uji coba bom nuklir kapan saja.
Meski begitu, Biden belum yakin bahwa China dapat membujuk Pyongyang dan mengendalikan uji coba nuklir Korea Utara.
"Sulit untuk menentukan apakah China memiliki kapasitas atau tidak. Saya yakin China tidak menginginkan Korea Utara terlibat dalam cara-cara eskalasi lebih lanjut," kata Biden, seperti dilansir dari CNA, Selasa (15/11/2022).
Adapun Biden menyatakan bahwa jika terjadi uji coba nuklir oleh Korea Utara, maka AS akan mengambil tindakan, dan mengirim pesan secara jelas ke Korea Utara.
"Kami harus mengambil tindakan tertentu yang akan lebih defensif atas nama kami, dan itu tidak akan ditujukan terhadap China, tetapi akan mengirimkan pesan yang jelas ke Korea Utara. Kami akan mempertahankan sekutu kami, serta tanah Amerika dan kapasitas Amerika," lanjutnya.
China dan Rusia mendukung sanksi yang diperketat setelah uji coba nuklir terakhir Korea Utara pada 2017. Namun, pada Mei keduanya memveto, atas dorongan pimpinan AS untuk lebih banyak hukuman PBB atas peluncuran rudal balistik barunya.
Diplomat AS untuk Asia Timur di bawah mantan Presiden Barack Obama, Daniel Russel meyakini China memang memiliki pengaruh.
"Prospek peningkatan postur militer AS sebagai bagian dari kerja sama keamanan trilateral yang kuat dengan Jepang dan Korea Selatan dapat memotivasi Beijing untuk mengendalikan Pyongyang lebih efektif daripada permohonan tak berujung oleh diplomat AS yang telah dilakukan," kata Russel.
Pakar Asia Timur di Pusat Kajian Strategis dan Internasional Washington, Christopher Johnstone, mengatakan bahwa China lebih cenderung berusaha menahan Korea Utara jika diyakini Washington bersiap untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan kepentingan Beijing.
"Presiden Biden mengisyaratkan rencana untuk memperkuat postur pasukan AS di Semenanjung (Korea) dan di kawasan itu jika Korea Utara melakukan uji coba nuklir, tanggapan yang mungkin tidak disukai Beijing," kata Johnstone.
Meski begitu, Johnstone mengatakan belum tentu China bisa mencegah uji coba nuklir Korea Utara, tetapi upaya ini akan memberikan China rasa tanggung jawab.
"Apakah itu akan berhasil? Mungkin tidak, dan tidak jelas apakah China dapat mencegah uji coba dalam hal apapun, tapi ini adalah upaya untuk memberi China taruhan, rasa tanggung jawab atas kejadian dan konsekuensi yang dihasilkan," lanjutnya.