Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Ekonomi Indonesia Membaik? Eiittsss... Tunggu Dulu

Kinerja ekonomi memang terus membaik namun struktur produk domestik bruto (PDB) Indonesia justru semakin rapuh.
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. /Freepik
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA -- Kinerja ekonomi Indonesia pada kuartal III/2022 tumbuh cukup tinggi. Ketika global sedang dibayangi resesi, ekonomi Indonesia justru berhasil tumbuh di angka 5,72 persen (y-on-y).

Kendati demikian, angka ini relatif rendah dari konsensus ekonom yang sebelumnya meramalkan ekonomi Indonesia tumbuh di kisaran 5,81 persen.

Selain itu, dari sisi struktur, kinerja ekonomi Indonesia selama kuartal III/2022 juga menunjukkan hasil yang kurang ideal.

Kontribusi sektor manufaktur terus tergerus. BPS mencatat kontribusi sektor ini ke produk domestik bruto (PDB) hanya sebesar 17,88 persen. Angka ini memang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal II/2022 yang hanya 17,84 persen.

Namun jika dibandingkan dengan kuartal III/2021 yang mencapai angka 19,15 persen, jelas kontribusi sektor tersebut terus tergerus. Angka itu juga anjlok dibandingkan kuartal III/2020 yang mencapai 19,86 persen, atau kuartal III/2019 yang mencapai 19,62 persen.

Nasib kontribusi daya beli masyarakat juga kurang lebih sama. Data daya beli tercermin dari kontribusi konsumsi rumah ke PDB yang juga tercatat mengalami penurunan. Kontribusi konsumsi rumah selama kuartal III/2022 hanya mencapai 50,38 persen. Angka ini terus turun dibandingkan dengan kuartal III/2021 yang mencapai 53,09 persen.

Secara historis, tren tersebut merupakan kelanjutan dari tahun-tahun sebelumnya. Pada kuartal III/2020 misalnya konsumsi rumah tangga masih berkontribusi di angka 57,3 persen atau kuartal III/2019 sebanyak 56,52 persen.

Perubahan struktur tersebut merupakan imbas dari kinerja sektor komoditas yang memang melonjak signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Kinerja sektor komoditas kemudian memengaruhi kinerja ekspor barang dan jasa yang pada kuartal tersebut mampu tumbuh di angka 26,23 persen. 

Padahal jika mengacu realisasi ekspor sebelum pandemi, paling besar kontribusi ekspor pada kuartal 3 tahun-tahun sebelumnya kurang dari 22 persen. Bahkan jika mengecualikan tahun 2018 yang juga terjadi booming komoditas, kontribusinya di bawah 20 persen.

Itu artinya, pemulihan ekonomi yang terjadi pada saat ini masih semu karena dikatrol oleh komoditas dan sektor-sektor yang tidak berkelanjutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper