Bisnis.com, JAKARTA - Video detik-detik kerusuhan yang menyebabkan banyak korban di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, setelah pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya, menjadi viral.
Dalam video, tampak situasi kerusuhan dimana terjadi bentrok dan aksi lempar antara suporter dan aparat kepolisian.
Sementara itu, sebanyak 127 orang dilaporkan meninggal dunia dan 180 orang dalam perawatan akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, setelah pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya.
Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta dalam jumpa pers di Kabupaten Malang, Jawa Timur, mengatakan hingga saat ini terdapat kurang lebih 180 orang yang masih menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit.
Total ada 127 korban meninggal dunia, serta ada 13 unit kendaraan yang mengalami kerusakan, 10 di antaranya merupakan kendaraan Polri.
Baca Juga
"Masih ada 180 orang yang masih dalam perawatan. Dari 40.000 penonton, tidak semua anarkis. Hanya sebagian, sekitar 3.000 penonton turun ke lapangan," kata Nico, mengutip Antara, Minggu (2/10/2022).
KRONOLOGI
Salah satu pendukung atau suporter Arema FC menceritakan kronologi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, setelah pertandingan melawan Persebaya Surabaya.
Dalam akun Twitternya, LIBRA_12 @RezqiWahyu_05 menceritakan kronologi insiden yang terjadi di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu, 1 Oktober 2022.
Dari awal dirinya masuk stadion ketika kondisi pemain sedang pemanasan semua berjalan aman dan tertib hingga kick off pukul 20.00 WIB. Kick off dimulai dan pertandingan berjalan aman, tanpa kericuhan sedikitpun. Yang ada hanya suporter Arema saling melontarkan psywar ke arah Pemain persebaya.
Babak pertama selesai, dan saat jeda istirahat, ada sekitar 2-3 kali kericuhan sedikit di tribun 12-13, yang bisa segera diamankan oleh pihak berwenang.
Babak ke-2 berlanjut dan Persebaya berhasil mencetak golnya yang ke-3. Arema FC semakin tampil menyerang menggempur gawang Persebaya, tapi tidak ada gol yang tercipta. Skor berakhir 3-2 dengan kemenangan Persebaya.
"Hingga peluit akhir dibunyikan arema tidak bisa menambah golnya, dan harus menerima kekalahan Disinilah awal mula tragedi dimulai. Setelah peluit di bunyikan, para pemain arema tertunduk lesu dan kecewa," jelasnya.
Pelatih Arema dan Manager tim mendekati tribun timur dan menunjukkan gestur minta maaf ke supporter. Disisi lain, ada 1 orang supporter yang dari arah tribun selatan nekat masuk dan mendekati Sergio Silva dan Adilson maringa. Terlihat sedang memberikan motivasi dan kritik kepada mereka.
Kemudian ada lagi beberapa oknum yang ikut masuk untuk meluapkan kekecewaannya kepada pemain Arema, terlihat John Alfarizie, bek kiri Arema, mencoba memberi pengertian kepada oknum tersebut.
Namun, semakin banyak mereka berdatangan, semakin ricuh kondisi stadion karena dari berbagai sisi stadion juga ikut masuk untuk meluapkan kekecewaannya ke pemain.
Di ikuti dengan aksi lempar-melempar berbagai macam benda ke arah lapangan, dan para suppoter yang semakin tidak terkendali. Akhirnya pemain digiring masuk kedalam ruang ganti dengan kawalan pihak berwajib.
"Setelah pemain masuk, supporter makin tidak terkendali dan semakin banyak yang masuk ke lapangan. Pihak aparat juga melakukan berbagai upaya untuk memukul mundur para supporter, yang menurut saya perlakuannya sangat kejam dan sadis, di pentung dengan tongkat panjang, 1 supporter di keroyok aparat, dihantam tameng dan banyak tindakan lainnya," imbuh Rezqi.
Namun, saat aparat memukul mundur supporter di sisi selatan, supporter dari sisi utara yang menyerang ke arah aparat. Karena semakin banyaknya supporter yang masuk ke lapangan dan kondisi sudah tidak kondusif.
Aparat kepolisian menembakkan beberapa kali gas air mata ke arah suppoter yang ada di lapangan. Silih berganti supporter menyerang aparat dari sisi selatan dan utara.
Selain hujan lemparan benda dari sisi tribun, di dalam lapangan juga terjadi aksi tembakan gas air mata ke arah supporter. Terhitung puluhan gas air mata sudah ditembakkan ke arah supporter, disetiap sudut lapangan telah dikelilingi gas air mata. Ada juga yang langsung ditembakkan ke arah tribun penonton, yaitu di tribun 10.
Para supporter yang panik karena gas air mata, semakin ricuh diatas tribun. Mereka berlarian mencari pintu keluar, tapi sayang pintu keluar sudah penuh sesak karena para supporter panik terkena gas air mata.
Banyak ibu, wanita, orang tua, dan anak anak kecil yang terlihat sesak tak berdaya, tidak kuat ikut berjubel untuk keluar dari stadion. Terlihat mereka sesak karena terkena gas air mata. Seluruh pintu keluar penuh dan terjadi macet.
Di dalam stadion mereka sesak karena gas air mata yang sudah ditembakkan ke berbagai arah, sedangkan untuk keluar stadion pun tidak bisa karena macet penuh sesak di pintu keluar. Di luar stadion banyak yang terkapar dan pingsan karena efek terjebak di dalam stadion yang penuh gas air mata.
"Sekitar pukul 22.30 WIB juga masih banyak insiden pelemparan batu ke arah mobil aparat, dan pengeroyokan supporter terhadap aparat yang Dianggap mengurung kita didalam Stadion dengan puluhan gas air mata," paparnya.
Terjadi juga beberapa tembakan gas air mata kembali di luar stadion, tepatnya di sekitar tribun 2 Kanjuruhan.
Kondisi luar Stadion Kanjuruhan sudah sangat mencekam. Banyak supporter yang lemas bergelimpangan, teriakan, dan tangisan wanita, bahkan berlumuran darah. Mobil hancur, kata-kata makian dan amarah, batu batako, besi, dan bambu berterbangan.
"Tanpa mengurangi rasa respect saya kepada keluarga korban, Disini saya mencoba menjelaskan kronologi yang saya alami secara pribadi," ujar Rezqi.
Dia mengaku sangat terpukul dengan adanya insiden ini. Dirinya berharap semoga kejadian ini adalah yang terakhir di semua cabang olahraga dan hiburan, khususnya di sepak bola.