Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

India Tuding China Lakukan Militerisasi Selat Taiwan

India menuduh China melakukan militerisasi Selat Taiwan setelah kedua negara terlibat perang kata-kata dipicu oleh kontroversi berlabuhnya kapal militer.
Selat Taiwan dilihat dari atas pelabuhan Kota Keelung di utara Taipei./Antara
Selat Taiwan dilihat dari atas pelabuhan Kota Keelung di utara Taipei./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - India menuduh China melakukan “militerisasi Selat Taiwan” setelah kedua negara terlibat perang kata-kata yang dipicu oleh kontroversi berlabuhnya kapal militer China di pelabuhan Sri Lanka.

Tuduhan tersebut, merujuk pada sebuah pernyataan Komisi Tinggi India di Sri Lanka pada Minggu (28/8/2022).

Melalui komisi itu Pemerintah India menyebut China melakukan intervensi pada masalah lintas selat. India sebelumnya menghadapi ketegangan perbatasan dengan China.

Awal bulan ini kapal penelitian militer China berlabuh di pelabuhan Hambantota Sri Lanka selama seminggu. Analis mengatakan, Yuan Wang 5 termasuk di antara sekelompok kapal China yang dioperasikan oleh Tentara Pembebasan Rakyat yang memantau peluncuran satelit, roket, dan rudal balistik antarbenua.

Penambatan Yuan Wang 5 tertunda selama beberapa hari setelah India keberatan di tengah kekhawatiran bahwa Beijing bermaksud menggunakan pelabuhan itu sebagai pangkalan militer.

Kementerian Luar Negeri China menyatakan kapal itu sedang melakukan penelitian maritim, sejalan dengan hukum dan praktik internasional, dan tidak akan memengaruhi "kepentingan keamanan dan ekonomi negara mana pun" termasuk India.

Yuan Wang 5 bertolak seminggu yang lalu, tetapi pada akhir pekan Kedutaan Besar China di Sri Lanka menuduh India menggunakan masalah keamanan untuk melakukan "campur tangan menyeluruh secara de facto atas kedaulatan dan kemerdekaan Sri Lanka".

Kapal Angkatan Laut China Yuan Wang 5 tiba di pelabuhan Internasional Hambantota, Sri Lanka pada 6 Agustus 2022 seperti dikutip TheGuardian.com, Senin (29/8/2022).

Pada Sabtu (27/8/222), Komisi Tinggi India di Kolombo mengatakan Sri Lanka “membutuhkan dukungan, bukan tekanan yang tidak diinginkan atau kontroversi yang tidak perlu untuk melayani agenda negara lain”.

Pernyataan juga merujuk pada “agenda yang didorong oleh utang”, dalam referensi yang jelas ke pelabuhan Hambantota yang didanai China. Sri Lanka sering disebut terjebak dengan utang China.

Sri Lanka saat ini sedang mencari jalan keluar dari krisis ekonomi terburuknya dan menyeimbangkan pengaruh bersaing dari India dan China. Kedua negara memang sangat dibutuhkan Sri Lanka.

Pinjaman China menyumbang sekitar 10 persen dari total utang luar negeri negara itu. Akan tetapi sejak tahun ini, India juga telah meminjamkan sekitar US$3,8 miliar untuk membantu Sri Lanka dalam melewati krisis ekonominya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper