Bisnis.com, JAKARTA - Para legislator India hari ini memberikan suara untuk memilih presiden baru dalam satu pemungutan suara yang kemungkinan besar akan dimenangkan oleh Droupadi Murmu, seorang kader Partai Bharatiya Janata (BJP) yang kini berkuasa.
Dilansir dari ChannelNewsAsia, Senin (18/7/2022), Pemilihan Presiden (Pilpres) di India kali ini bisa dikatakan sebatas formalitas karena Perdana Menteri (PM) Narendra Modi mengendalikan cukup banyak kursi di legislatif federal dan negara bagian.
Murmu, yang merupakan perempuan dari etnis minoritas Santhal, juga kemungkinan besar akan mendapat dukungan dari partai-partai daerah lain di Dewan Negara. Sementara itu, lawan utamanya seorang politisi veteran Yashwant Sinha, mendapat dukungan dari oposisi yang telah terpecah.
Jika terpilih, Murmu akan menjadi presiden pertama dari kalangan etnis minoritas sekaligus menjadi presiden perempuan kedua India.
Presiden yang akan digantikan, Ram Nath Kovind adalah presiden kedua yang berasal dari komunitas Dalit yang terpinggirkan dan berada di ujung terendah hierarki kasta di India, Pakistan, dan Bangladesh.
Kovind juga merupakan anggota Rashtriya Swayamsevak Sangh (Korps Relawan Nasional), sebuah kelompok nasionalis Hindu sayap kanan yang telah lama dituduh memicu kebencian agama terhadap Muslim. Dia menjabat sebagai presiden sejak 2017.
Baca Juga
Partai Modi memproyeksikan Murmu sebagai pemimpin yang mewakili masyarakat suku miskin, yang umumnya kekurangan fasilitas kesehatan dan pendidikan di desa-desa terpencil.
Adapun, Murmu memulai karirnya sebagai guru di negara bagian timur Odisha sebelum terjun ke dunia politik. Dia memegang posisi menteri di pemerintahan negara bagian dan menjadi gubernur negara bagian Jharkhand.
"Murmu telah mengabdikan hidupnya untuk melayani masyarakat dan memberdayakan orang miskin, tertindas serta terpinggirkan," kata Modi dalam cuitannya beberapa waktu lalu.
Sesuai konstitusi, presiden India dipilih oleh hampir 5.000 anggota terpilih dari Majelis Parlemen dan Legislatif Regional di seluruh negeri. Setiap suara mereka dipertimbangkan menurut ukuran daerah pemilihan mereka, dan mereka mengurutkan kandidat berdasarkan preferensi.
Jika tidak ada calon presiden yang mendapat dukungan lebih dari 50 persen, kandidat dengan skor terendah dieliminasi dan suara mereka didistribusikan kembali sampai seseorang mendapatkan suara yang ditentukan.
