Bisnis.com, JAKARTA - Krisis ekonomi di Amerika Serikat (AS) memiliki dampak yang sangat besar pada setiap sektor ekonomi, seperti kehancuran pasar saham, lonjakan inflasi dan pengangguran hingga masalah-masalah yang terjadi pada bank.
Dilansir The Balance pada Kamis (14/7/2022), dalam sejarahnya AS tampaknya mengalami krisis ekonomi setiap 10 tahun atau lebih. AS kesulitan dalam menghentikan pola krisis ini karena penyebabnya yang berbeda-beda, tetapi hasilnya selalu sama dengan pengangguran yang tinggi, keruntuhan bank dan kontraksi ekonomi.
Sejarah Krisis Ekonomi Amerika
Sejarah krisis ekonomi AS dimulai pada 1929, tercatat AS telah dilanda krisis ekonomi sebanyak enam kali dengan rincian peristiwa sebagai berikut:
1. The Great Depression of 1929
Krisis ekonomi pertama saat jatuhnya bursa saham pada Oktober 1929, membuat terkurasnya tabungan dari jutaan orang Amerika. Salah satu penyebab peristiwa ini adalah kekeringan yang berlangsung selama satu dekade yang menyebabkan kelaparan banyak orang dan peristiwa ini dikenal dengan istilah “Dust Bowl”
Selanjutnya, disebabkan oleh kebijakan moneter kontraktif oleh Federal Reverse yang ingin melindungi nilai dolar, lalu kebijakan dari The Fed ini menciptakan deflasi sehingga Indeks Harga Konsumen turun 27 persen antara November 1929 dan Maret 1933.
Efek depresi hebat ini menghancurkan Amerika selama 10 tahun, seperti harga rumah turun 67 persen, produk domestik bruto (PDB) turun 29 persen, banyak perusahaan mengalami kebangkrutan hingga tingkat pengangguran memuncak pada angka 25 persen tahun 1933.
Hingga akhirnya, pengeluaran besar-besaran pemerintah untuk New Deal dan Perang Dunia II mengakhiri krisis ekonomi ini. Namun, hal itu mendorong rasio utang terhadap PDB yang memecahkan rekor karena mencapai angka 113 persen.
2. Stagflasi tahun 1970-an
Embargo minyak OPEC 1973 menandai dimulainya krisis Stagflasi. Saat itu reaksi pemerintah mengubahnya menjadi krisis inflasi dan resesi dua digit yang menyebabkan ekonomi mengalami kontraksi minus 4,8 persen pada kuartal pertama tahun 1975.
Pada 1975, pengangguran mencapai 9 persen karena saat itu Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon melepaskan dolar dari standar emas sebagai upaya untuk mengurangi inflasi. Ketua Fed, Paul Volcker kala itu menggunakan kebijakan moneter kontraktif untuk mengakhiri krisis dengan menaikkan suku bunga untuk menahan inflasi.
3. Resesi 1981
Pada 1981, terjadi resesi yang menyebabkan penurunan ekonomi yang menyusut selama enam dari 12 kuartal krisis, pengangguran mencapai angka di atas 10 persen selama 10 bulan yang menjadikan resesi tertinggi saat itu. Hal ini ternyata disebabkan oleh kebijakan The Fed saat pada 1970-an dengan menerapkan kebijakan moneter kontraktif saat ingin memerangi dua digit inflasi.
Presiden AS pada tahun ini, Ronald Reagan memotong pajak dan meningkatkan pengeluaran untuk mengakhiri resesi, akan tetapi hal itu menyebabkan utang negara naik menjadi dua kali lipat selama delapan tahun menjabat.
4. Save and Loan Crisis 1989 (S&L)
Charles Keating dan banker yang tidak etis lainnya telah menciptakan krisis ini, mereka meningkatkan modal dengan menggunakan deposito federal yang diasuransikan untuk investasi real estat yang berisiko. Kemudian, lima Senator menerima sumbangan kampanye sebagai imbalan untuk memusnahkan regulator bank sehingga tidak bisa menyelidiki kegiatan kriminal yang dilakukan.
Pada peristiwa ini, masyarakat tidak tahu apapun karena dalang dari peristiwa S&L ini berbohong tentang urusan bisnis mereka. Krisis ini mengakibatkan penutupan sekitar setengah dari semua bank simpan pinjam di Amerika Serikat.
Selain itu, krisis ini menciptakan resesi pada Juli 1990, ekonomi menyusut hingga minus 3,6 persen, puncak pengangguran sampai angka 7,8 pada Juni 1992 hingga membuat utang nasional kembali meningkat sebanyak US$124 miliar.
5. Serangan 9/11
Empat serangan teroris yang terjadi pada Minggu (11/9/2001), membuat lalu lintas udara berhenti dan menutup Bursa Efek New York hingga 17 September. lalu bursa dibuka dibuka kembali, Dow turun hingga 684,81 poin.
Krisis tersebut kembali membuat AS mengalami resesi hingga tahun 2004, kala itu ekonomi menyusut 1,1 persen pada kuartal pertama dan 1,7 persen pada kuartal ketiga. Angka pengangguran memuncak hingga menyentuh 6,3 persen pada Juni 2003. Namun, krisis ini tidak semuanya disebabkan oleh serangan itu, tetapi faktor ketidakpastian dari AS yang kala itu ingin memerangi terror hingga menambah utang nasional sebanyak US$2 triliun.
6. Krisis Keuangan 2008
Krisis keuangan 2008 lebih buruk daripada krisis lainnya kecuali saat Depresi 1929, Peringatan krisis pertama datang pada tahun 2006 ketika harga rumah mulai turun dan default hipotek mulai meningkat. The Fed dan sebagian besar analis mengabaikan fenomena tersebut dan menyambut perlambatan di pasar perumahan kala itu.
Pada tahun 2007, krisis subprime mortgage melanda. Pemberi pinjaman telah mengizinkan terlalu banyak orang untuk mengambil hipotek subprime. Ketika mereka gagal, bank memanggil swap default pada kredit mereka yang mendorong perusahaan asuransi seperti American International Group menuju kebangkrutan dan pada pertengahan musim panas, bank telah berhenti memberikan pinjaman.
Hingga akhirnya pada 2008, The Fed turun tangan untuk menjaga agar Bear Stearns dan AIG tetap bertahan. Departemen Keuangan AS menasionalisasi penjamin hipotek Fannie Mae dan Freddie Mac untuk menjaga pasar perumahan tetap bertahan. Namun, mereka tidak dapat membantu bank investasi Lehman Brothers.
Kebangkrutannya menyebabkan kepanikan perbankan global, lalu perusahaan yang ketakutan dengan menarik US$169 miliar dari rekening pasar uang mereka dan Dow turun hingga 777,68 poin, yang menjadikan penurunan satu hari terburuk yang pernah ada.
Ekonomi menyusut hingga minus 2,3 persen pada kuartal pertama, minus 2,1 persen pada kuartal ketiga dan minus 8,4 persen pada kuartal keempat. Lalu, Kongres menyetujui paket bailout bank senilai US$700 miliar untuk memulihkan kepercayaan dan mencegah keruntuhan ekonomi lebih besar lagi.