Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menambahkan lima perusahaan China ke daftar hitam perdagangan karena diduga mendukung pangkalan industri militer dan pertahanan Rusia.
Departemen Perdagangan AS, yang mengawasi daftar hitam, menyatakan perusahaan yang dibidik itu telah memasok barang ke entitas yang dekat dengan Rusia sebelum invasi 24 Februari.
Disebutkan bahwa perusahaan itu punya kontrak untuk memasok kebutuhan terkait industri senjata Rusia yang terdaftar dan pihak yang terkena sanksi.
Departemen Perdagangan AS juga menambahkan 31 entitas lain ke daftar hitam dari negara-negara yang mencakup Rusia, Uni Emirat Arab, Lituania, Pakistan, Singapura, Inggris, Uzbekistan, dan Vietnam, menurut entri pada Daftar Federal. Dari total 36 perusahaan yang ditambahkan, 25 memiliki operasi yang berbasis di China seperti dikutip Aljazeera.com, Rabu (29/6/2022).
"Tindakan hari ini mengirimkan pesan yang kuat kepada entitas dan individu di seluruh dunia bahwa jika mereka berusaha mendukung Rusia, Amerika Serikat juga akan menghentikan mereka," kata Wakil Menteri Perdagangan untuk Industri dan Keamanan Alan Estevez dalam sebuah pernyataan.
Negara-negara anggota NATO sebelumnya meminta China untuk menghentikan dukungan mereka terhadap perang Rusia di Ukraina.
Baca Juga
Blok militer pimpinan AS tersebut juga memperingatkan Beijing agar tidak mencoba membantu Moskow menghindari sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat.
Setelah pertemuan puncak yang luar biasa di Brussel pada akhir Maret lalu, NATO mengeluarkan pernyataan selain menyampaikan kritik tajam terhadap Moskow, juga berisi peringatan kepada Beijing.
“Kami menyerukan semua negara, termasuk Republik Rakyat Tiongkok (RRC) untuk tidak mendukung upaya perang Rusia dengan cara apa pun, dan menahan diri dari tindakan apa pun yang membantu Rusia menghindari sanksi,” demikian pernyataan tertulis NATO seperti dikutip RT.com.