Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Singapura Waspadai Gelombang Omicron Baru, Indonesia Harus Bagaimana?

Singapura tengah mewaspadai gelombang Omicron baru yang disebabkan sub varian BA.4 dan BA.5. Di sisi lain, Indonesia secara bertahap terus melakukan pelonggaran di berbagai sektor.
Tangkapan layar- Ilustrasi Virus Corona varian Omicron. JIBI/Bisnis-Nancy Junita
Tangkapan layar- Ilustrasi Virus Corona varian Omicron. JIBI/Bisnis-Nancy Junita

Bisnis.com, JAKARTA - Singapura tengah mewaspadai gelombang Omicron baru yang disebabkan sub varian BA.4 dan BA.5. Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung memperkirakan gelombang kasus varian baru Covid-19 itu terjadi pada Juli atau Agustus 2022.

Meskipun demikian, subvarian baru tersebut disebutkan belum mengambil alih konfirmasi kasus yang disebabkan oleh subvarian BA.2.

Terkait hal tersebut, Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengimbau agar Indonesia untuk tetap waspada. Pasalnya, masyarakat Indonesia kini tengah euforia setelah pemerintah terus melakukan pelonggaran di berbagai sektor.

"Progres yang harus dilihat antara lain adalah musiman atau pola musiman ini pola gelombang yang terjadi apakah makin jauh jaraknya ataukah makin berdampak. Dalam artian keparahannya dan juga kematian itu salah satu yang harus dilihat. Walaupun ada indikator lain bagaimana pola perubahan perilaku dari varian dan sub varian apakah semakin menurun atau tidak," kata Dicky kepada Bisnis, Selasa (7/6/2022).

Dicky juga menyebutkan pentingnya upaya testing and tracing yang belakangan terus menurun. Bahkan, sambungnya, di negara-negara maju, upaya tersebut menjadi andalan untuk melihat situasi terkini pandemi Covid-19.

Lebih lanjut, Dicky juga menggarisbawahi cakupan vaksinasi booster untuk meningkatkan imunitas masyarakat, termasuk untuk kelompok rentan seperti lanjut usia (lansia) dan orang berkomorbid. Menurutnya, jika cakupan vaksinasi booster untuk kelompok rentan masih kecil, mamenjadi ancaman serius. 

"Subvarian omicron BA.4 dan BA.5 memicu gelombang kalau imunitas di negara buruk terutama di dosis ketiga untuk kelompok yang rawan. Ini yang harus kita mitigasi. Contoh nyatanya di Amerika, booster yang rendah di kalangan lansia dan komorbid akhirnya meningkatkan beban fasilitas kesehatan dan meningkatkan angka kematiannya tinggi," ungkap Dicky.

Untuk bisa menciptakan ketahanan kesehatan nasional dari subvarian Omicron, sambungnya, Indonesia harus melakukan percepatan vaksinasi booster.

"Setidaknya, 50 persen dari penduduk Indonesia dan populasi berisiko sebanyak 70 persen sebelum akhir tahun 2022," ujarnya.

Relaksasi Perbatasan Internasional di Indonesia

Pemerintah diketahui merelaksasi kebijakan terhadap pembatasan pintu masuk bagi pelaku perjalanan luar negeri (PPLN), termasuk penentuan gerbang perjalanan udara bagi jemaah yang menunaikan ibadah haji pada tahun ini.

Adapun, pintu masuk perjalanan luar negeri via udara yang dibuka adalah Bandara Soekarno Hatta, Bandara Juanda, Bandara Ngurah Rai, Bandara Hang Nadim, Bandara Raja Haji Fisabilillah, Bandara Sam Ratulangi, Bandara Zainuddin Abdul Madjid, Bandara Kualanamu, Bandara Sultan Hasanuddin, dan Bandara Internasional Yogyakarta.

Pemerintah juga menambahkan enam bandara, yang dibuka pada 4 Juni hingga 15 Agustus 2022, sebagai pintu masuk bagi WNI yang telah melaksanakan ibadah haji.

Perinciannya, Bandara Sultan Iskandar Muda, Bandara Minangkabau, Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Bandara Adisumarmo, Bandara Syamsudin Noor, dan Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman.

Terkait hal itu, Dicky mengatakan tidak ada masalah apabila Indonesia sudah mulai melakukan pelonggaran pada perbatasan internasional. Namun, dia menyarankan Pembatasan Pemberlakuan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tetap harus dilakukan. Pasalnya situasi pandemi Covid-19 belum benar-benar berakhir.

"Kita boleh melakukan relaksasi internasional atau dalam negeri, silahkan. Tapi jangan betul- betul abai, jangan melepas bebas. Saya apresiasi dan sepakat PPKM tetap di pertahankan karena itu jangkar pengaman yang sangat penting katena itu payung," katanya.

Di sisi lain, lanjutnya, upaya deteksi dini diharapkan tidak terus menurun seiring pelonggaran yang diberikan pemerintah.

"Harapannya pada kasus di Indonesia punya pemerataan yang memadai terkait varian dan subvarian yang dan di Indonesia. Ini ada, tapi kalau disebut ideal, belum," imbuhnya.

Pelibatan kerja sama antarnegara dalam upaya penanganan pandemi Covid-19 juga diamini Dicky. Namun, kerja sama tersebut tidak akan cukup tanpa peran serta setiap individu untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Baginya, yang paling baik adalah kesadaran pribadi untuk hidup bersih dan sehat yang muncul dari setiap individu atau bukan karena aturan dan paksaan. 

"Setelah itu kita bersama-sama melakukan pendekatan perilaku hidup lebih bersih, lebih sehat dan masker bukan meski diwajibkan. Tapi setiap individu itu harus punya kesadaran dengan siapa dan dimana dia buka masker. Selain itu kualitas lingkungan harus ditingkatkan. Itu yang akan menjawab bagaimana kita keluar dari situasi pandmei ini dengan segera," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper