Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Berpeluang Diperpanjang, AS Tinjau Tarif Impor atas Produk China

Tarif impor yang dikenakan oleh Amerika Serikat senilai ratusan miliar atas produk China akan berakhir pada Juli, namun dapat diperpanjang jika cukup banyak kalangan industri yang memintanya.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menghadiri sebuah acara tentang memerangi kejahatan ghost gun atau senjata api rakitan tanpa nomor seri, di Gedung Putih di Washington DC, Amerika Serikat, pada 11 April 2022./Antara
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menghadiri sebuah acara tentang memerangi kejahatan ghost gun atau senjata api rakitan tanpa nomor seri, di Gedung Putih di Washington DC, Amerika Serikat, pada 11 April 2022./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Tarif impor yang dikenakan oleh Amerika Serikat senilai ratusan miliar atas produk China akan berakhir pada Juli, namun dapat diperpanjang jika cukup banyak kalangan industri yang memintanya.

Akibat warga AS menghadapi inflasi tertinggi dalam lebih dari empat dekade dan banyak perusahaan yang berupaya untuk menemukan pasokan utama, Presiden Joe Biden mendapat tekanan kuat untuk menghapus tarif impor yang dikenakan selama perang dagang yang diluncurkan oleh pendahulunya Donald Trump.

Tarif yang pertama kali diberlakukan pada 2018 akhirnya meningkat hingga mencapai sekitar US$350 miliar dari nilai impor tahunan China sebagai pembalasan atas pencurian kekayaan intelektual Amerika dan transfer teknologi paksa oleh Beijing.

Tindakan tersebut akan berakhir pada tanggal 6 Juli kecuali jika ada permintaan untuk melanjutkannya, dan pada saat itu tindakan tersebut akan ditinjau.

Pejabat perdagangan AS (USTR)mengatakan bahwa mereka secara resmi akan meminta pendapat publik untuk meminta komentar apakah akan memperpanjang tarif, termasuk mengirim surat ke 600 perusahaan yang menyatakan dukungan untuk tindakan tersebut.

"Berdasarkan undang-undang, tarif akan berakhir pada peringatan empat tahun kecuali kita melalui proses ini dan mendapatkan permintaan untuk melanjutkan tindakan," kata seorang pejabat senior di kantor USTR kepada wartawan sepergi dikutip ChannelNewsAsia.com, Rabu (4/5).

Pejabat tersebut menolak untuk mengatakan apakah harga tinggi akan menjadi pertimbangan, tetapi mengakui tinjauan apa pun dilakukan akan mempertimbangkan "dampak dari tindakan tersebut pada ekonomi Amerika Serikat, termasuk konsumen."

Perusahaan asing telah lama mengeluh tentang kegagalan Beijing untuk melindungi hak intelektual dan paten. Dalam beberapa kasus Beijing memaksa perusahaan untuk berbagi informasi dengan mitra domestik sebagai imbalan untuk melakukan bisnis di pasar China yang besar.

Sebelum Trump, pemerintah AS telah berusaha untuk menyelesaikan masalah itu melalui dialog dan tekanan, tetapi Trump menarik semua pendekatan sehingga memicu pembalasan dari Beijing atas barang-barang AS.

Meskipun ada pakta perdagangan "fase satu" yang mulai berlaku pada Februari 2020, namun Katherine Tai dari USTR mengatakan tindakan garis keras itu tidak "memberi insentif" kepada Beijing untuk mengubah praktiknya.

USTR akan melihat masukan dari "semua pemangku kepentingan tentang bagaimana mereka memandang tarif apakah mereka ingin dinaikkan, diturunkan (atau) diubah," kata pejabat lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper