Bisnis.com, JAKARTA – Penggunaan konsep teknologi hijau yang akan diterapkan pada pembangunan Ibu Kota Negara Baru, Nusantara, bakal mendorong pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) demi tercapainya target Indonesia bebas emisi karbon pada 2060.
Seperti diketahui bahwa pemanfaatan teknologi hijau telah diperkenalkan sebagai salah satu visi kehadiran Ibu Kota Negara (IKN), Nusantara, melalui Lampiran II Salinan UU No.3/2022 tentang Ibu Kota Negara.
Di mana salah satu penggerak utama IKN, Nusantara adalah Klaster Industri Teknologi Bersih yang memiliki misi penyediaan produk pendukung mobilitas dan utilitas yang ramah lingkungan, dan pengembangan pada sektor ini akan berfokus pada perakitan panel surya dan kendaraan listrik roda dua.
Ade Irfan Pulungan, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI, menyatakan bahwa Ibu Kota Negara Baru, Nusantara akan diperkenalkan sebagai kota masa depan di Indonesia yang dapat menjadi wajah baru Indonesia di kancah dunia.
“Melalui pengenalan konsep serta penerapan teknologi hijau di IKN, tentu akan menunjang pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) demi tercapainya target Indonesia bebas emisi karbon,” ucap Ade Irfan Pulungan, di sela diskusi ‘Mengejar Target Bauran Energi Melalui Pemanfaatan Teknologi Hijau di Ibu Kota Negara Baru’.
Hendra Iswahyudi, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengatakan bahwa potensi energi surya sebagai EBT yang dimiliki Indonesia mencapai 3.295 GW, namun diketahui realisasinya baru mencapai 0.3% dari target yang telah ditentukan.
Baca Juga
“Capaian tersebut tentunya memacu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI untuk terus mengambil langkah besar melalui pencanangan kebijakan strategis yang akan mendukung perkembangan Energi Baru Terbarukan (EBT),” jelasnya.
RR Sri Gadis Pari Bekti, Pejabat Fungsional Analis Kebijakan Pusat Industri Hijau, Kemenperin menambahkan bahwa Kemenperin terus berupaya dalam meningkatkan efisiensi sumber daya industri dalam pengembangan industri berkelanjutan. “Kami juga secara aktif melakukan fasilitasi serta sosialisasi kepada para pelaku industri terkait dengan industri hijau,” ujarnya
Fabby Tumiwa Ketua Umum AESI (Asosiasi Energi Surya Indonesia) mengungkapkan bahwa sebagai sebuah asosiasi, pihaknya menyambut baik beragam kebijakan yang diterbitkan oleh pemerintah dalam mendukung kehadiran energi baru terbarukan seperti energi surya.
“Bersama dengan kehadiran wacana Ibu Kota Baru, AESI memproyeksikan potensi pemanfaatan energi surya, khususnya PLTS berkapasitas 2,500 - 8,100 MWp,” ungkap Fabby.
Ali Hanif, Senior Product Manager, Huawei Indonesia menambahkan bahwa energi baru terbarukan telah menjadi bagian dari pengembangan teknologi yang terus diupayakan perusahaannya.
“Sesuai dengan visi kami yaitu mengintegrasikan teknologi digital dengan power electronics, yang tentunya juga sesuai dengan inisiasi Global Carbon Neutrality melalui inovasi di pembangkit listrik. Kami, Huawei Digital Power telah mendukung PLTS di seluruh dunia dengan total 220 GW. Angka tersebut terus memacu kami untuk memberikan dampak terhadap akselerasi revolusi energi di Indonesia,” terangnya.
Dionpius Jefferson, Chief Commercial Officer SUN Energy menyatakan bahwa SUN Energy terus berupaya dalam memberikan kemudahan akses pemanfaatan PLTS kepada berbagai industri. “Melalui dukungan para mitra kerja kami, SUN Energy dapat terus memperlebar kiprahnya di industri ini,” ujarnya.