Bisnis.com, YOGYAKARTA - Sejumlah tokoh politik bakal mengisi agenda Ramadan di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada tahun ini.
Dari publikasi yang diterima Bisnis, Ganjar Pranowo, Ridwal Kamil, hingga Sandiaga Uno bakal hadir untuk memberikan ceramah di Kampus Biru tersebut.
Pengamat politik dari UGM, Arie Sudjito, menyebut hadirnya sejumlah tokoh politik dalam agenda Ramadan sebagai hal yang wajar. "Itu biasa, gak salah dan sah-sah saja. Yang penting, yang perlu dikritisi itu kalau sekedar manggung," jelas Arie, dikutip Kamis (31/3/2022).
Arie menjelaskan bahwa momen Ramadan memang telah menjadi panggung politik tersendiri di Tanah Air. Pasalnya, pada momen Bulan Suci tersebut, masyarakat banyak melakukan kegiatan dan berkumpul dalam jumlah besar.
Persoalannya kemudian, menurut Arie, adalah sejauh mana kehadiran tokoh politik tersebut untuk memberikan pesan-pesan kesalehan di tengah momen Ramadan.
"Kesalihan ini, apa yang menjadi ucapannya, ya setidaknya jangan provokatif. Lebih ke upaya menjaga kondusivitas suasana. Yang paling penting itu pesan moralnya," jelas Arie.
Pesan tersebut juga berlaku bagi penceramah dari latar belakang lainnya, tak hanya tokoh politik. "Kalau itu diekspresikan dalam bentuk nyata akan lebih bagus. Kalau sekedar jargon, itu yang saya sebut tidak ada maknanya," ucap Arie melalui sambungan telepon.
Ramadan sebagai panggung politik, menurut Arie, perlu dijadikan momen pembentukan karakter masyarakat. Khususnya karakter politik dengan pesan-pesan yang bersifat edukatif.
Namun demikian, di masyarakat sendiri, hadirnya tokoh politik saat Bulan Suci tak otomatis menciptakan citra religius. "Kalau yang kritis ya belum tentu terpengaruh. Kalau yang kritis ya bisa, seolah-olah. Jadi politik seolah-olah. tapi kalau saya katakan, itu bukan tidak boleh. Masalahnya apakah itu berpengaruh bagi pembentukan karakter politik kita di Tanah Air," tambah Arie.
Secara khusus, Arie juga menanggapi hadirnya sejumlah tokoh politik di Kampus Biru. Menurutnya, hal tersebut perlu disambut positif. Karena perguruan tinggi juga mesti membuka pintunya bagi ruang-ruang politik.
"Kampus itu jangan anti politik juga. Tapi juga jangan cuma jadi panggung. Harus terjadi dialog interaktif di situ," jelas Arie.