Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom terkenal Amerika Serikat dari Yale University, Stephen Roach mengungkapkan ada sosok yang bisa meredam perang antara Rusia dan Ukraina, yaitu Presiden China Xi Jinping.
Bukan tanpa alasan hal itu bisa terjadi. Pasalnya, Roach menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping telah menjalin persahabatan antara kedua Negara yang tidak memiliki batas.
“Dia (Xi Jin Ping) bisa menengahi perdamaian yang akan menyelamatkan dunia dan memperkuat status China sebagai kekuatan besar dan dipimpin oleh seorang negarawan besar,” ujar Roach dalam esainya yang dimuat di Project-syndicate.org, Senin (8/3/2022).
Menurutnya, sudah seharusnya China menghentikan Rusia, sebab akan menjadi kesalahan bagi Beijing untuk menggandakan kemitraannya dengan Moskow ketika dunia memberikan tekanan luar biasa pada Rusia karena menginvasi Ukraina. China, ujar Roach, akan dicap bersalah dalam waktu yang sangat lama.
"Itu akan menjadi kesalahan besar bagi Xi Jinping," kata Roach.
Seperti diketahui, China telah menyatakan dengan tegas tidak akan berpartisipasi dalam sanksi terhadap Rusia, di tengah rentetan sanksi yang diberikan Amerika Serikat dan Barat.
Bahkan pemerintah Xi Jinping menolak untuk menyebut serangan Rusia di Ukraina dengan kata "invasi", yang kerap dipakai Barat. China juga abstain dari pemungutan suara pada resolusi PBB untuk menegur Rusia.
Roach menjelaskan bahwa Rusia dan China telah bersatu dalam membentuk strategi besar untuk Perang Dingin yang baru.
“Saya menyebutnya sebagai langkah triangulasi China: bergabung dengan Rusia untuk menyudutkan Amerika Serikat, seperti pemulihan hubungan Tiongkok-Amerika 50 tahun yang lalu berhasil memojokkan bekas Uni Soviet. AS, arsitek dari triangulasi sebelumnya, sekarang sedang ditriangulasi,” paparnya.
Namun dalam rentang waktu hanya satu bulan, perang Putin melawan Ukraina telah mengubah konsep tersebut. Menurut Roach, jika China tetap berkomitmen pada kemitraan barunya dengan Rusia, dia menghadapi kesalahan. Hal itu dikarenakan, sanksi terhadap China pun akan menyusul karena sikap negara tersebut terhadap invasi Rusia.
“Sama seperti Rusia yang telah diisolasi oleh sanksi Barat yang kejam yang dapat menghancurkan ekonominya selama beberapa dekade, nasib yang sama menanti China jika memperdalam kemitraan barunya,” ungkapnya.