Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

100 Perwakilan Negara di PBB Walk Out Saat Menlu Rusia Pidato

Lebih dari 100 diplomat atau perwakilan dari sekitar 40 negara melakukan aksi walk out saat Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berpidato di kantor PBB.
Seorang anak perempuan membawa papan bergambar saat unjuk rasa dekat Museum Seni Modern dan Kedutaan Rusia, setelah Rusia meluncurkan operasi militer besar atas Ukraina, di Ljublana, Slovenia, Jumat (25/2/2022)./Antara-Reuters
Seorang anak perempuan membawa papan bergambar saat unjuk rasa dekat Museum Seni Modern dan Kedutaan Rusia, setelah Rusia meluncurkan operasi militer besar atas Ukraina, di Ljublana, Slovenia, Jumat (25/2/2022)./Antara-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Lebih dari 100 diplomat atau perwakilan dari sekitar 40 negara melakukan aksi walk out atau meninggalkan ruangan saat Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berpidato di kantor PBB. Aksi tersebut merupakan bentuk protes terhadap invasi  Rusia ke Ukraina.

Aksi walk out oleh para wakil negara dari Uni Eropa, Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan lainnya itu hanya menyisakan beberapa diplomat di ruangan itu.

Tokoh yang tersisa di pertemuan Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa itu termasuk duta besar Rusia untuk PBB di Jenewa, Gennady Gatilov, yang merupakan mantan wakil Lavrov. Utusan dari Suriah, China, dan Venezuela juga bertahan.

Duta Besar Ukraina Yevheniia Filipenko, yang memimpin aksi walk out, berterima kasih kepada mereka yang mengambil bagian dalam aksi tersebut.

“Terima kasih banyak atas dukungan yang luar biasa ini kepada orang-orang Ukraina yang berjuang untuk kemerdekaan mereka,” katanya kepada orang banyak yang berkumpul di sekitar bendera besar Ukraina di luar ruangan," ujarnya seperti dikutip Aljazeera.com, Rabu (2/3/2022).

Sebelumnya, perwakilan Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya mengajak seluruh dunia untuk bersatu melawan agresi Rusia. Sergiy juga menyebut jika perang ini akan membuat ribuan orang terbunuh.

Faktanya, kata dia, perang dimulai pada 2014. Ini adalah rasa malu historis bagi kemanusiaan. Jika orang yang ada di New York tidak ingat apa itu perang, dia meminta agar para diplomat pergi ke perpustakaan dan ambil rekaman perang.

"Itu berarti ribuan dan ribuan orang terbunuh, jika bukan jutaan. Apa yang saya inginkan dari dunia, saya ingin dunia bersatu, dan membela dunia dari agresi Rusia" katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper