Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketum PBNU Bicara soal Dampak Perang Rusia dan Ukraina

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf mengkhawatirkan dampak yang ditimbulkan dari perang Rusia dan Ukraina.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Yahya Cholil Staquf atau akrab disapa Gus Yahya saat menyampaikan sambutan di sela silaturahim PBNU dan PWNU se-Indonesia di Gedung Negara Grahadi di Surabaya, Rabu (16/2/2022) malam. (ANTARA/HO-PP])
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Yahya Cholil Staquf atau akrab disapa Gus Yahya saat menyampaikan sambutan di sela silaturahim PBNU dan PWNU se-Indonesia di Gedung Negara Grahadi di Surabaya, Rabu (16/2/2022) malam. (ANTARA/HO-PP])

Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf khawatir invasi yang dilancarkan Rusia ke Ukraina dapat mengancam keutuhan tata negara di dunia.

“Kalau tidak direspons dengan tepat, itu akan berbahaya sekali bagi keutuhan tata negara dunia yang sekarang ini kita miliki,” kata Yahya dikutip dari laman resmi Nahdlatul Ulama, Jumat (25/2/2022).

Yahya menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan tantangan besar bagi internasional. Respons dari masyarakat dunia saat ini sangat diperlukan lantaran perang Rusia dan Ukraina berkaitan dengan ketahanan pondasi dari tata dunia yang sudah dibangun oleh masyarakat internasional sejak sesudah Perang Dunia II.

“Apakah tatanan dunia pasca perang dunia kedua ini bisa terus kita pertahankan, ini antara lain tergantung pada bagaimana respons masyarakat internasional terhadap apa yang sekarang terjadi di kedua negara tersebut,” ujarnya.

Menurutnya, invasi yang dilancarkan Rusia juga bisa berdampak pada dunia Islam dalam hal-hal yang berkaitan dengan kemapanan perbatasan.

Yahya menyebut invasi Rusia sebagai persoalan pelanggaran perbatasan negara, serupa dengan konstruksi lama yang diterapkan oleh berbagai negara sebelum Perang Dunia II.

“Ini adalah tantangan besar bagi dunia internasional dan saya kira seluruh dunia ini harus merespons,” terangnya.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengumumkan operasi militer khusus pada Kamis (24/2) pagi di wilayah Donbas, Ukraina Timur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper