Bisnis.com, JAKARTA – Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebut saat ini terdapat early warning system (EWS) bencana gunung api agar masyarakat bisa segera menyelamatkan diri dari bahaya.
EWS juga dapat diartikan sebagai peringatan paling akhir pada kejadian bahaya erupsi gunung api,” kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangan resmi, Minggu (6/2/2022).
Dia mencontohkan Gunung Merapi yang memiliki tiga EWS berupa sirene dan bisa dikendalikan dari kantor BPPTKG. Selain itu, ada tiga sirene lain yang harus dinyalakan secara manual di pos pengamatan Gunung Merapi saat kondisi darurat.
“Pada 25 Oktober 2010 lalu, sirene dibunyikan ketika status gunung merapi menjadi awas dan ketika terjadi fenomena awan panas besar,” ujarnya.
Menurutnya, kelebihan sirene sebagai EWS adalah kecepatan, karena langsung memberikan pesan bahaya kepada masyarakat ketika berbunyi. Di sisi lain, sirene juga memiliki kelemahan saat terjadi awan panas yang memiliki kecepatan luncuran mencapai 100 kilometer per jam.
“Maka hanya dalam 3 menit awan panas dapat menjangkau 5 kilometer,” jelas Hanik.
Dia menjelaskan, hal utama dalam mitigasi bencana adalah menyiapkan masyarakat agar mampu memberikan respons terhadap EWS secara cepat dan tepat.
“Kita harus memberikan pemahaman kepada masyarakat apa saja sumber ancaman dari bencana gunung api, patuhi peta kawasan rawan bencana, sehingga jika ada peringatan dini, sudah menjadi suatu perilaku atau budaya, dan secara otomatis masyarakat bisa menyelamatkan diri,” imbuhnya.