Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Resolusi Historis dan Detak Jantung Ekonomi China

Para pebisnis tidak tinggal diam dan hanya terpaku kaku menyaksikan akrobat politik para elite. Bagi mereka, Resolusi Historis silakan saja berproses asalkan iklim bisnis tidak menjadi keruh.
Presiden China Xi Jinping melambaikan tangan di Beijing, China, 1 Juli 2021. China akan menyumbang dua miliar dosis vaksin dan 100 juta dolar untuk membantu negara-negara berkembang./Antara-Reuters
Presiden China Xi Jinping melambaikan tangan di Beijing, China, 1 Juli 2021. China akan menyumbang dua miliar dosis vaksin dan 100 juta dolar untuk membantu negara-negara berkembang./Antara-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Gegap gempita politik elite di China boleh saja berdentum keras tetapi bisnis dan ekonomi jangan sampai terganggu, baik dari ‘dapur sendiri’ maupun pengaruh eksternal.

Bagi Beijing, justru momentum yang harus dimanfaatkan saat ini adalah bagaimana menjadikan pengaruh China makin kuat dalam konstelasi perekonomian maupun geopolitik global.

Di tengah proses pemulihan ekonomi dunia yang masin rentan akibat terus munculnya varian baru virus Covid-19, setiap negara sibuk mengamankan kebutuhan pasokan sumber daya untuk pasar domestik sembari terus mencari celah memperbesar ekspor.

Sebagai kekuatan ekonomi terbesar kedua, China juga terus melakukan manuver taktis. Tidak hanya memusatkan kekuatan untuk merajai dunia tetapi juga memantapkan spektrum politik dan kekuasaan di dalam negeri sebagai prasyarat penting guna mengejar ambisi global Beijing tersebut.

Dalam konteks ini, perkembangan paling mutakhir adalah peluang bagi Partai Komunis China (PKC) untuk melanggengkan posisi Sekjen PKC Xi Jinping, sebagai Presiden China seumur hidup.

Jika langkah Jinping ini berhasil, sejarah baru akan tercipta. Sebelumnya, status ‘pemimpin abadi’ yang dilegalisasi melalui Resolusi Historis adalah Mao Zedong dan Deng Xiaoping.

Bagi PKC, menggoreskan Resolusi Historis tidak hanya menguatkan pijakan Jinping di kursi presiden, melainkan juga menandakan perubahan besar yang sedang terjadi di negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Ada dua landasan kuat yang mendorong PKC untuk menyusun resolusi tersebut. Pertama, kondisi krisis berkepanjangan yang disebabkan dampak pandemi Covid-19 dan kelangkaan energi. Kedua, berakhirnya jabatan Jinping pada 2023.

Biarlah Jinping menentukan jalannya sendiri. Akan tetapi, hal yang tidak kalah menarik dicermati dari setiap pergulatan politik di Negeri Kung Fu Panda itu adalah munculnya generasi baru pebisnis, termasuk wirausaha di dalamnya, dengan beragam talenta.

Mereka tidak tinggal diam dan hanya terpaku kaku menyaksikan akrobat politik para elite. Bagi mereka, Resolusi Historis silakan saja berproses asalkan iklim bisnis tidak menjadi keruh.

Ada sebuah episode di mana generasi baru ini membawa perubahan signifikan  pada wajah ekonomi China. Itulah kala ‘Penyu Laut’ merapat ke daratan. Mereka datang untuk menggelorakan semangat untuk ‘berkontribusi aktif demi menggerakan ekonomi bangsa’.  

Betapa tidak? Ini adalah istilah yang muncul ketika Sang Naga melahirkan generasi wirausahawan sukses jebolan luar negeri. Dengan semakin banyaknya orang China yang belajar atau bekerja di negeri orang, makin menguatkan pula semangat mereka untuk pulang kampung demi mengembangkan bisnisnya sendiri.

Nah, mereka ini kerap disebut ‘Penyu Laut’, bahkan memiliki organisasi tersendiri yaitu Asosiasi Cendikiawan Barat yang Kembali. Singkatnya, ‘Penyu Laut’ ini berperan penting dalam perekonomian China era 2000-an (Naisbitt, 2010).

Menurut Naisbitt, gen wirausaha ini mendorong China melakukan perjuangan proaktif melawan kemiskinan dan keterbelakangan.

Gen ini membentuk kerangka kerja dan perilaku bisnis yang sama sekali baru di setiap skala, dari yang sangat kecil hingga level raksasa. Transformasi China menuju ekonomi pasar membutuhkan perubahan di semua bidang.

China ibarat wadah dari segala sesuatu yang usang. Dari bangunan sampai manajemen. Dari akunting sampai tenaga kerja dan peralatan. “Semua operasionalnya amburadul,” tegas Naisbitt dalam bukunya China’s Megatrends.

Di perusahaan yang terkelola dengan baik, karyawan didorong mengembangkan pikiran wirausaha dan menambah potensi ekonomi perusahaan.

Beberapa kesempatan itu tidak biasa dan pada awalnya banyak yang hanya setengah legal. Namun pada akhirnya semua itu berkontribusi terhadap keseluruhan dan melayani tujuan bersama.

Meski sering kali sangat kacau, proses ‘berbisnis’ itu memiliki paduan kendali dan kebebasan serta untuk selanjutnya mengantar pada ledakan pertumbuhan bisnis swasta.

Kini berbekal Resolusi Historis 2021, China menatap masa depannya di panggung global yang masih diliputi turbulensi dengan memperkuat fondasi politik di tingkat nasional.

Sesuai zamannya, Mao mengusung Revolusi Kebudayaan dan Lompatan Jauh ke Depan. Deng mengandalkan pragmatisme ‘Tidak Peduli Kucing itu Hitam atau Putih, yang Penting Bisa Menangkap Tikus’

Bagaimana dengan Jinping? Apa legacy agung yang akan ditorehkannya kelak?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Inria Zulfikar
Editor : Inria Zulfikar

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper