Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah mendatangkan alat tes polymerase chain reaction atau PCR baru dan menyebarkannya ke berbagai titik kedatangan internasional. Alat baru itu diklaim dapat mengidentifikasi Covid-19 varian Omicron lebih cepat.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers perkembangan penanganan pandemi Covid-19, Senin (27/12).
Menkes Budi menjelaskan bahwa upaya pengetesan, pemantauan, dan pencegahan penyebaran Covid-19 terus berjalan.
Menurutnya, sebagai salah satu langkah penguatan surveilans ketika varian Omicron menyebar, pemerintah mendatangkan seperangkat alat tes PCR baru. Budi menilai bahwa alat tersebut dapat mendeteksi varian Omicron dengan lebih baik, sehingga langkah pencegahan dapat berjalan lebih optimal.
"Kami akan menyebarkan teknologi baru untuk tes PCR yang bisa melihat marker-nya Omicron. Kami sudah sebarkan di seluruh pintu-pintu masuk luar negeri utama," kata Menkes Budi dalam keterangan pers, Senin (27/12/2021) pagi.
Menurutnya, alat tersebut dapat mengidentifikasi varian Omciron dalam rentang waktu 4—6 jam karena berbasis tes PCR. Sementara itu, tes berbasis genome sequiencing membutuhkan waktu 3—5 hari untuk menunjukkan hasilnya.
Meskipun begitu, menurut Budi, pemerintah akan tetap menambah mesin genome sequencing agar kecepatan tes di seluruh daerah bisa sama cepat sehingga kualitas penanganan pandemi lebih merata. alat tersebut kemudian akan disebarkan ke seluruh pulau besar di Indonesia.
"Kami juga akan mendatangkan 15 mesin genome sequencing yang baru. Mudah-mudahan di awal tahun depan segera datang, dan akan kami sebarkan ke seluruh pulau Indonesia, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua. Agar tes genome sequencing ini menjadi lebih cepat dan jaringannya menjadi lebih kuat, tidak hanya di Jawa," ujar Budi.
Pemerintah melaporkan adanya temuan 27 kasus baru varian Omicron di Indonesia, dengan 26 di antaranya merupakan kasus impor dan satu merupakan tenaga kesehatan di Wisma Atlet. Totalnya temuan varian Omicron di Indonesia yang tercatat sejauh ini menjadi 46 kasus.
"98 persen kasus omicron adalah karena orang-orang kita pulang dari luar negeri," ujar Budi.