Bisnis.com, JAKARTA - Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono meminta Presiden Joko Widodo atau Jokowi konsisten dalam penanggulangan pandemi bila ingin kasus Covid-19 ingin tetap landai, dan menghindari konflik kepentingan.
Hal itu diungkapkan Pandu merespons kebijakan pemerintah dalam hal ini Menteri Kesehatan Budi Gunadi membeli obat Covid-19 Molnupiravir satu juta tablet untuk antisipasi wanah Covid-19 gelombang ketiga.
Pandu menilai, pemerintah lebih baik memprioritaskan pembangunan manufaktur vaksin Covid-19, baik untuk kebutuhan nasional maupun membantu kebutuhan dunia. Dia menilai, pabrik obat anti virus Covid-19 bukan prioritas.
“Pabrik obat anti-virus bukan prioritas, jangan terbujuk oleh industri farmasi global yang janji mau buat pabrik di Indonesia, asal kita beli banyak obat,” kata Pandu dikutip dari akun Twitternya @drpriono1, Selasa (9/11/2021).
Pandu juga menegaskan, pemerintah harus konsisten dalam mengambil kebijakan.
Kata dia, pujian negara lain atas sukses Indonesia akan jadi bencana.
Baca Juga
“Pak @jokowi mohon tetap konsisten dlm pengendalian pandemi, bila Indonesia ingin tetap landai. Hindari konflik kepentingan yg dorong kebijakan yg tak rasional,” ungkap Pandu.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berencana membeli sebanyak 600 ribu hingga satu juta tablet obat Covid-19 merek molnupiravir akhir Desember 2021.
Pembelian obat dalam jumlah masif ini diklaim menjadi langkah antisipatif terhadap potensi terjadinya gelombang ketiga kasus Covid-19 di Indonesia.
Menteri Kesehatan Budi Gudi Sadikin mengatakan, dirinya sudah bertemu dengan pihak Merck, perusahaan yang memproduksi molnupiravir di Amerika Serikat, beberapa hari yang lalu.
Kesepakatan sudah tercapai untuk pembelian 600 ribu- satu juta dosis pada Desember 2021.
"Jadi (pembelian ini untuk) mempersiapkan diri. Mudah-mudahan tidak terjadi (gelombang ketiga), tapi kalaupun terjadi kita punya stok obatnya," tutur Budi dalam rapat kerja dengan Komis IX DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (8/11/2021).
Budi mengungkapkan tiga strategi pengembangan Molnupiravir. Pertama, impor produk jadi.
Industri farmasi di Indonesia sudah melakukan penjajakan dengan industri farmasi India yang mendapatkan voluntary license dari Merck.
"Kedua, voluntary license meliputi pengembangan bahan baku dan produk jadi. Ini dapat dilakukan melalui dua jalur, melalui Merck dan melalui Medicines Patent Pool (MPP)," ujar Budi.