Pendirian Laboratorium PT GSI
Ketika di awal, Seto menyampaikan kepada pengelola laboratorium bahwa bantuan berupa pembelian alat PCR dan alat ekstraksi RNA beserta reagen untuk 10.000 tes masih sedikit karena keterbatasan donasi dari sejumlah pihak.
"Ketika diawal, kami sampaikan kepada lab-lab ini bahwa kita hanya akan mensupport mereka dengan alat PCR dan Alat Ekstraksi RNA beserta reagen-reagennya untuk 10 ribu test buat masing2 lab. Ini berdasarkan kecukupan donasi yang Pak Luhut dan teman-temannya sumbangkan. Namun, karena kita menemukan suplai baru dari Tiongkok yang saya sebutkan diatas, kita bisa mensupport untuk lebih banyak reagen. Pak Luhut kemudian juga menerima telp dari teman-teman beliau di Tiongkok yang mau menyumbang untuk penanganan Covid-19 di Indonesia, sehingga kita bisa memperoleh lebih banyak reagen," ujarnya.
Dia menyebut satu lab saat itu diperkirakan bisa menerima 30.000-50.000 reagen PCR dan ekstraksi RNA untuk melakukan tes PCR. Setelahnya, pihaknya minta lab-lab tersebut harus bisa mandiri dan tidak bisa mendukung seterusnya karena donasi yang terbatas.
"Mengapa sih saya cerita panjang lebar seperti diatas? Pertama, saya ingin menceritakan kepada teman-teman bagaimana susahnya situasi dan keterbatasan test PCR saat itu. Kedua, banyak pihak yang bergotong royong untuk membantu pemerintah meningkatkan kapasitas PCR saat itu. Kementerian BUMN, melalui perintah Pak Erick dan Pak Budi Sadikin, membeli cukup banyak alat PCR saat itu. Lalu Pak Luhut dan teman-temannya juga memberikan donasi yang nilainya cukup besar untuk meningkatkan kapasitas PCR di banyak fakultas kedokteran di Indonesia, dan saya yakin banyak pihak lain yang juga berusaha keras untuk membantu dengan berbagai cara supaya kapasitas tes Covid-19 melalui PCR di Indonesia pada waktu itu bisa ditingkatkan. Kami tidak ada memikirkan untung-rugi waktu itu," ungkapnya.
Lebih lanjut, Seto menceritakan dalam perjalanan mencari alat PCR untuk donasi ke beberapa lab di kampus-kampus saat itu, salah satu teman Luhut mengajak untuk ikut berpartisipasi dalam pendirian lab test Covid-19 yang memiliki kapasitas tinggi (5.000 tes/hari) dan bisa melakukan genome sequencing yang belakangan diketahui sangat berguna untuk mendeteksi Varian Delta dan layanan ini diberikan gratis kepada Kemenkes untuk mendeteksi varian baru.
"Usul saya ke Pak Luhut, kita ikut berpartisipasi untuk pendirian lab ini. Maka tanpa pikir panjang, Pak Luhut menyampaikan ke saya, kita bantu lah to mereka ini. Akhirnya melalui Toba Sejahtera [yang memiliki dana untuk kebutuhan ini], Pak Luhut ikut mendukung pendirian lab tersebut. Maka lahirlah GSI, setelah itu, kami tidak monitor lagi mengenai GSI ini," paparnya.
Adapun, fakta itu disampaikan oleh Seto dengan tujuan publik bisa mengerti bahwa ada banyak pihak selain pemerintah, yang berupaya membantu penanganan pandemi Covid-19 secara cuma-cuma.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan dirinya tidak mengambil keuntungan dari bisnis polymerase chain reaction (PCR).
Hal itu disampaikan Juru Bicara Luhut, Jodi Mahardi dalam keterangan tertulis, Rabu (3/11/2021). Dikatakan, Luhut tidak pernah sedikit pun mengambil keuntungan pribadi dari yang dijalankan PT Genomik Solidaritas Indonesia.
Jodi mengungkapkan partisipasi melalui Toba Bumi Energi merupakan wujud bantuan yang diinisiasi oleh rekan-rekannya dari Grup Indika, Adaro, Northstar, dan lainnya untuk membantu penyediaan fasilitas tes Covid-19 dengan kapasitas yang besar.