Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Makin Agresif, AS Siap Bela Keamanan Taiwan

Aksi agresif China memunculkan kekhawatiran meningkatnya tensi di kawasan Selat Taiwan.
Dua pesawat tempur China J-11 dan satu pesawat pengebom H-6K berpatroli di wilayah udara antara China daratan dan Taiwan, Senin (10/2/2020).  Foto: Antara-Xinhua
Dua pesawat tempur China J-11 dan satu pesawat pengebom H-6K berpatroli di wilayah udara antara China daratan dan Taiwan, Senin (10/2/2020). Foto: Antara-Xinhua

Bisnis.com, JAKARTA—Penasihat keamanan nasional Amerika Serikat, Jake Sullivan menyatakan sangat khawatir dengan tindakan yang merusak perdamaian di Selat Taiwan akibat unjuk kekuatan terbesar China akhir-akhir ini.

Pernyataannya muncul setelah China mengirim pesawat tempur dalam jumkah besar ke zona pertahanan udara Taiwan selama empat hari berturut-turut dalam unjuk kekuatan publik.

Taiwan menganggap dirinya sebagai negara berdaulat, tetapi China memandang pulau itu sebagai provinsi yang memisahkan diri.

Beijing tidak mengesampingkan kemungkinan penggunaan kekuatan untuk mencapai penyatuan. 

"Kami akan berdiri dan berbicara, baik secara pribadi maupun secara umum publik ketika kami melihat jenis kegiatan yang pada dasarnya mengancam stabilitas," kata Sullivan kepada koresponden diplomatik BBC James Landdale di Brussels sebagimana dikutip, Jumat (8/10). Pernhataan itu dikeluarkan sehari setelah bertemu dengan diplomat top China, Yang Jiechi.

Ketika ditanya apakah AS siap untuk mengambil tindakan militer untuk membela Taiwan, Sullivan berkata: "Biarkan saya mengatakan ini. Kami akan mengambil tindakan sekarang untuk mencoba mencegah hal itu terjadi."

Saat ditanya apakah AS enggan menggunakan kekuatan setelah penarikan Afghanistan baru-baru ini, Sullivan mengatakan "salah besar kalau menarik pelajaran dari konflik itu”.

"Mencoba mengatakan bahwa keluar dari Afghanistan seperti memberitahu negara mana pun tentang kedalaman dan tingkat komitmen yang dimiliki AS di tempat lain, adalah kesalahan besar," katanya.

Sullivan mengatakan China "akan dengan gigih mempertahankan perspektifnya tentang dunia". 

Dia menambahkan: "Adalah kewajiban kita sebagai Amerika Serikat, bekerja dengan sekutu dan mitra untuk memperjelas di mana kita berdiri, untuk membela teman-teman kita, untuk membela kepentingan kita ... Dan itulah yang ingin kita lakukan."

Taiwan memisahkan diri dari daratan ketika komunis merebut kekuasaan pada tahun 1949.

Analis telah memperingatkan bahwa Beijing menjadi semakin khawatir kalau pemerintah Taiwan sedang menggerakkan pulau itu menuju deklarasi kemerdekaan formal dan ingin menghalangi Presidennya Tsai Ing-wen dari mengambil langkah apa pun ke arah itu.

Akan tetapi Presiden AS, Joe Biden mengatakan Presiden China Xi Jinping telah setuju untuk mematuhi "perjanjian Taiwan". Biden tampaknya merujuk pada kebijakan lama "satu China" yang lebih mengakui China daripada Taiwan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper