Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fakta-fakta Tersembunyi di Balik Foto Pelukan Jenderal Soedirman dan Presiden Soekarno

Soekarno dan Soedirman memiliki hubungan persahabatan yang sangat dekat. Kedekatan mereka dapat dilihat dari panggilan dinda dan kanda.
Jenderal Soedirman dan Presiden Soekarno sedang berpelukkan./Arsip Nasional Republik Indonesia
Jenderal Soedirman dan Presiden Soekarno sedang berpelukkan./Arsip Nasional Republik Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Jenderal Soedirman telah dikenal sebagai pahlawan revolusi dan memiliki keberanian untuk melawan sekutu. Dia sering sekali tampil menggunakan seragam militer yang lengkap.

Dalam sejarah Indonesia, Jenderal Soedirman sering diingat atas peran besarnya dalam mempertahankan Indonesia dari serangan Sekutu. Dia juga merupakan Panglima Besar TNI pertama yang dipilih secara demokratis, melalui voting.

Mengutip dari laman uc.ac.id, simak fakta-fakta unik Jenderal Soedirman:

1. Persahabatan romantis dengan Soekarno

Soekarno dan Soedirman memiliki hubungan persahabatan yang sangat dekat. Kedekatan mereka dapat dilihat dari panggilan yang disematkan. Soekarno memanggil Soedirman dengan sebutan Dinda karena umur Soedirman yang lebih tua 15 tahun daripada Soekarno. Sedangkan Soedirman memanggil Soekarno dengan sebutan Kanda.

Panggilan ini juga dapat dilihat dari surat Soekarno yang ditulis sebulan sebelum Soedirman wafat. “Kanda doakan kepada Tuhan, moga-moga Dinda segera sembuh…,” tulis Soekarno.

Jenderal Soedirman presiden soekarno
Jenderal Soedirman presiden soekarno

2. Hidup jauh dari orang tua sejak kecil

Sejak lahir, Soedirman tidak hidup dengan orang tuanya, melainkan dengan saudara dari ibunya yang bernama Raden Cokrosunaryo, yang saat itu menjabat sebagai camat.

Karena itu, di kemudian hari, Soedirman mendapatkan gelar Raden karena dianggap anak sendiri oleh Cokrosunaryo. Bahkan, hingga usianya menginjak 18 tahun, Soedirman tidak pernah tahu siapa orang tua aslinya.

3. Cerita di balik foto pelukan Soedirman dan Soekarno

Meski bersahabat, Soedirman dan Soekarno sempat bertengkar. Pertengkaran ini terjadi ketika Belanda menurunkan ribuan pasukan Marinir dan pasukan infanteri ke Yogyakarta, Desember 1948. Pertengkaran terjadi akibat perbedaan pandangan antar keduanya.

Soedirman menginginkan perang total dengan Belanda, sedangkan Soekarno memilih untuk tertangkap agar disorot oleh dunia internasional. Pertimbangan Soekarno adalah apabila ikut perang dengan cara gerilya, pasti akhirnya juga akan tertangkap. Suatu perbuatan yang sia-sia, pikir Soekarno.

Soekarno kemudian memerintahkan anak buah kesayangan Soedirman, Letkol Suharto, untuk menjemput Soedirman di hutan. Sesudah perintah ini, Soekarno kemudian memerintahkan Frans Mendur, ahli potret dari IPPHOS dan juru foto kesayangan Soekarno untuk memotret momen pertemuan antara Soekarno dan Soedirman.

Tidak lama setelah itu, Soedirman datang ke Gedung Agung, tempat tinggal Soekarno. Tetapi, Soedirman hanya diam kaku di pojokan, ia masih marah dengan Soekarno. Mengatasi situasi yang kaku ini, Soekarno kemudian menghampiri Soedirman dan memeluknya.

Kejadian yang begitu cepat ini membuat Frans Mendur tidak mendapatkan gambar yang bagus. “Ya udah diulangi lagi adegan zoetnjes-nya (ciuman),” kata Soekarno. Soekarno lalu menyuruh Soedirman untuk mendekat. “Ayo supaya lebih dramatik,” kata Soekarno. Soedirman hanya menurut. Dan jadilah foto pelukan tersebut menjadi foto paling terkenal sebagai “foto penutup perang Revolusi 1945-1949”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Tempo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper