Bisnis.com, JAKARTA – Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Australia telah mengumumkan aliansi keamanan trilateral baru bagi kawasan Indo-Pasifik untuk menghadapi ancaman abad ke-21 dengan nama aliansi AUKUS.
Aliansi ini memungkinkan pembagian kemampuan pertahanan yang lebih besar, termasuk membantu Australia untuk memperoleh kapal selam bertenaga nuklir. Untuk saat ini, hanya enam negara di dunia yang mengoperasikan kapal selam bertenaga nuklir. Mereka di antaranya Amerika, Inggris, China, Prancis, India, dan Rusia.
Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, dan mitranya dari Australia PM Scott Morrison dalam sebuah pernyataan bersama mengatakan mereka akan mempromosikan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik dan mendukung nilai dan kepentingan bersama.
Menariknya, pengumuman Aukus itu diumumkan seminggu sebelum pertemuan para pemimpin Quad yang akan diselenggarakan oleh Presiden AS Biden di Washington pada 24 September.
Biden mengatakan bahwa AUKUS akan menyatukan pelaut, ilmuwan, dan industri untuk mempertahankan dan memperluas keunggulan dan kemampuan militer serta teknologi penting seperti siber, kecerdasan buatan, teknologi kuantum, dan domain bawah laut.
Aliansi ini awalnya dibentuk untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir, tetapi juga untuk bekerja sama di kawasan Indo-Pasifik, di mana kebangkitan China dipandang dapat meningkatkan ancaman, dan mengembangkan teknologi yang lebih luas.
Dengan demikian, Australia akan membangun armada kapal selam bertenaga nuklir dengan bantuan AS dan Inggris yang bertujuan untuk meningkatkan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik.
Ketiganya mengklaim bahwa kapal selam bertenaga nuklir itu merupakan upaya yang diarahkan untuk memastikan perdamaian di kawasan Indo-Pasifik.
Dengan adanya pengumuman ini, menandakan Australia akan mengakhiri kontrak kesepakatan dengan Prancis pada tahun 2016 untuk membangun 12 kapal selam bertenaga diesel senilai $40 miliar untuk menggantikan armada kapal selam Collins yang ada.
Di sisi lain, Prancis menuduh Presiden AS Joe Biden telah menikamnya dari belakang dan bertindak seperti pendahulunya, Donald Trump, setelah Paris disingkirkan dari kesepakatan pertahanan yang menguntungkan yang telah ditandatanganinya dengan Australia untuk kapal selam.
Sementara itu, Australia dan China memiliki hubungan yang semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan ketiganya sangat merusak perdamaian dan stabilitas regional, mengintensifkan perlombaan senjata, dan merusak upaya non-proliferasi nuklir internasional.
“Negara-negara tidak boleh membangun kemitraan yang menargetkan negara ketiga,” katanya.
Namun, sebagian analis berharap aliansi baru ini akan membantu negara-negara lain untuk percaya pada Amerika dan komitmennya terhadap negara-negara dalam konteks geopolitik.