Bisnis.com, JAKARTA - Filipina mendukung kemitraan pertahanan baru antara Amerika Serikat, Inggris, dan Australia (Aukus) dengan harapan bisa menciptakan keseimbangan kekuatan di kawasan Indo-Pasifik meski pandangan itu kontras dengan beberapa tetangganya.
Dikenal sebagai Aukus, aliansi tersebut akan membuat Australia mendapatkan teknologi kapal selam bertenaga nuklir sebagai bagian dari perjanjian yang dimaksudkan untuk menanggapi pertumbuhan kekuatan China.
"Peningkatan kemampuan sekutu luar negeri harus bertujuan untuk memulihkan dan menjaga keseimbangan daripada mengacaukannya," kata Menteri Luar Negeri Filipina, Teodoro Locsin, dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip ChannelNewsAsia.com, Selasa (21/9/2021).
Pernyataan Locsin tersebut berbeda dengan sikap Indonesia dan Malaysia, yang mewaspadai keberadaan kapal selam tenaga nuklir di tengah persaingan negara adidaya yang berkembang di Asia Tenggara.
Malaysia menyatakan keprihatinan atas kesepakatan nuklir Australia dengan AS dan Inggris tersebut.
Laut China Selatan terus menjadi sumber ketegangan. Akibatnya Amerika Serikat bersama mitranya seperti Filipina dan sekutu Barat secara teratur melakukan operasi "kebebasan navigasi" yang ditanggapi dengan marah oleh China.
China melihat langkah itu sebagai campur tangan luar di perairan yang diklaimnya sebagai miliknya. Filipina dan Vietnam menuduh China melecehkan para nelayan negara mereka.
Periode pemulihan hubungan yang singkat hampir berakhir tahun ini sehingga Filipina marah tentang adanya ancaman dari ratusan kapal milisi maritim China di dalam zona ekonomi eksklusifnya.
"Kedekatan wilayah membuat waktu respons singkat sehingga dengan demikian meningkatkan kapasitas militer sekutu dekat dan sekutu Asean untuk menanggapi ancaman terhadap kawasan atau menantang status quo. Kondisi itu membutuhkan peningkatan kemampuan Australia, ditambah dengan sekutu militer utamanya, untuk mencapai kemampuan tersebut," ujar Locsin.