Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Amok Petani Banger Melawan Pajak Tuan Tanah China

Sejarah mencatat, kenaikan pajak di tengah musim paceklik ekonomi dan merebaknya wabah bisa memicu ketidakpuasan publik. Ketidakpuasan itu bisa berubah menjadi amok yang tak terkendali dan sangat menghancurkan.
Aliansi pasukan Jawa, Madura dan Kolonial Belanda dalam memperebutkan hegemoni kekuasaan di Ujung Timur Pulau Jawa. JIBI/Sumber: Buku Ujung Timur Jawa 1763-1813: Perebutan Hegemoni Blambangan yang ditulis Sri Margana.
Aliansi pasukan Jawa, Madura dan Kolonial Belanda dalam memperebutkan hegemoni kekuasaan di Ujung Timur Pulau Jawa. JIBI/Sumber: Buku Ujung Timur Jawa 1763-1813: Perebutan Hegemoni Blambangan yang ditulis Sri Margana.

Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah berencana menaikkan tarif PPN dari 10 persen menjadi 12 persen. Selain itu, pemerintah juga akan menghapus kebijakan pengecualian (exemption) terhadap komoditas kebutuhan pokok.

Rencana kebijakan tersebut seperti dua belah mata pisau. Satu sisi akan menambal kas negara yang kering kerontang. Di sisi lain kebijakan itu bisa menjadi bumerang. Apalagi, rencana kebijakan tersebut muncul ketika rakyat sedang kelimpungan karena pandemi.

Sejarah mencatat, kebijakan kenaikan pajak di tengah musim paceklik ekonomi dan merebaknya wabah bisa memicu ketidakpuasan publik. Ketidakpuasan itu bisa berubah menjadi amok yang tak terkendali dan bisa menumbangkan kekuatan yang sedang memegang kekuasaan. Seperti kejadian di Probolinggo abad ke 19 silam.

****

Pertengahan tahun 1813, wilayah Banger (kini; Probolinggo) di daerah Tapal Kuda mencekam. Ribuan orang bergerak menyerang tuan tanah mereka. Han Tik Ko tewas oleh serangan petani yang tidak puas atas penjualan tanah dan kebijakan pajak yang terlampau tinggi.

Arsip-arsip kolonial mencatat Han Tik Ko adalah tuan tanah di wilayah tersebut. Dia berhak atas wilayah Banger setelah membelinya dari pemerintah Kolonial Belanda. Banger dijual oleh Gubernur Jenderal HW Daendels karena Belanda mengalami krisis finansial akibat blokade Inggris terhadap Jawa.

Nilai penjualannya mencapai 600.000 dolar Spanyol. Namun setelah dilakukan kesepakatan, nilainya melambung menjadi 1 juta dolar. Jumlah itu akan dicicil 20 kali oleh Han Tik Ko, atau 50.000 dolar sekali angsuran.

Transaksi pembelian itu kemudian mengubah struktur politik di wilayah Banger. Han Tik Ko tampil sebagai penguasa tunggal di wilayah tersebut. Sementara penguasa wilayah Banger sebelumnya, Tumenggung Jayadiningrat, dibuang ke Sedayu.

Pemerintah kolonial kemudian memberi gelar Han Tik Ko sebagai Majoor Der Chinezen en Landheer Van Probolinggo atau Mayor China dan Tuan Tanah dari Probolinggo.

Konon, di bawah kendali Han Tik Ko, Banger berkembang menjadi sebuah daerah yang makmur. William Thorm, seorang pejabat Inggris, sebagaimana ditulis Sri Margana dalam Ujung Timur Pulau Jawa, 1763-1813: Perebutan Hegemoni Blambangan, mencatat tuan tanah ini telah mengubah lahan tidur menjadi lahan subur.

Produksi beras serta hasil alam lainnya yakni sarang burung menunjukan peningkatan yang cukup signifikan. “Dalam waktu relatif singkat, wilayah ini mampu menjadi salah satu daerah terkaya di Jawa”, tulis William dalam sebuah laporannya.

Namun demikian, kemakmuran tersebut rupanya menyembunyikan api dalam sekam. Penerapan pajak yang melebihi ukuran normal, bahkan lebih dari setengah hasil panen, meningkatkan kebencian rakyat Benger terhadap Han Tik Ko.

Sri Margana menyebut seorang pengawas Inggris P.A. Goldbach bahkan sampai mengeluarkan sebuah peringatan kepada Komisioner Sipil Inggris di Semarang, Huge Hope, supaya hati-hati dengan potensi kerusuhan di wilayah Banger.

Goldbach bercerita, di wilayah itu, para penggarap sudah mulai kehilangan kesabaran. Sedangkan kerabat mantan bupati yang terbuang, salah satu penguasa sawah terbaik di wilayah itu, juga menunjukan kebencian yang dalam terhadap Kapitan China.

****

Pertengahan Mei 1813 bibit kerusuhan mulai pecah. Pimpinan kelompok petani adalah Kyai Mas seorang Muslim dari wilayah Ampel, Surabaya. Dia bersama Demang Muneng  2.000 pengikutnya, bergerak menuju ke pusat kota Banger.

Pergerakan para petani sebenarnya sudah diketahui oleh para telik sandi Han Tik Ko. Namun dia seolah tak acuh dengan kabar tersebut. Sang Kapitan Cina masih larut dalam pesta dengan koleganya, para penguasa Britania Raya.

Singkat kata, Han Tik Ko baru sadar bahaya mulai mengintai ketika para petani mulai mendekat ke arah kota. Sontak, dia kemudian segera menyiapkan dua ratus anak buahnya yang dipersenjatai tombak.

Di sisi lain, para petani yang kadung marah tak bergeming dan semakin mendekat ke rumah Han Kik Ko, sang Kapitan China. Perkemahan dibangun di sekitar perkebunan kopi.

Pergerakan para petani agak membuat ciut nyali Kapitan China. Dia akhirnya melunak. Han Tik Ko memerintahkan orang kepercayaannya berunding dengan para petani.

Ibarat nasi sudah menjadi bubur, bujukan dari utusan Kapitan China tak membuahkan hasil. Tak ada kesepakatan dalam perundingan tersebut. Bahkan ditengah proses perundingan, para petani melakukan serangan yang mematikan kepada juru runding darinya.

“Dengan didahului yel-yel yang mengerikan, pihak pemberontak mulai menyerang dan mengejar rombongan pengikut Tuan Tanah dan orang-orang Eropa tersebut”, tulis Margana menjelaskan kondisi saat itu.

Para juru runding langsung lari tunggang-langgang saat mendapat serangan mendadak. Mereka terpencar ke berbagai arah. Para petani yang berada di atas angin terus mengejar rombongan tersebut hingga memasuki kota Probolinggo tempat tinggal Han Tik Ko.

Pada hari berikutnya, serangan petani makin mendekati kediaman Kapitan China. Sekitar lima ribu orang merangsek mendekat rumah tersebut. Orang-orang yang berada di rumah itu seketika berhamburan. Mereka menyelamatkan diri.

Di tengah kondisi genting, serta ketidakjelasan informasi, muncul kabar bahwa Kapitan China beserta tiga orang Eropa telah tewas.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper