Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Turki Perkuat Perbatasan untuk Cegah Pengungsi dari Afghanistan

Imigran akan mengadapi tembok setinggi tiga meter, parit atau kawat berduri yang dibangun oleh Turki dan terus diperkuat dan diperpanjang.
Foto satelit memperlihatkan kemacetan dan keramaian di dekat Bandara Kabul, Afghanistan, Senin (16/8/2021)/Antara-Reuters
Foto satelit memperlihatkan kemacetan dan keramaian di dekat Bandara Kabul, Afghanistan, Senin (16/8/2021)/Antara-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Turki yang mulai khawatir dibanjiri imigran meningkatkan upaya untuk memblokir masuknya pengungsi Afghanistan yang melakukan perjalanan selama berminggu-minggu melalui Iran. 

Imigran akan mengadapi tembok setinggi tiga meter, parit atau kawat berduri yang dibangun oleh Turki dan terus diperkuat dan diperpanjang.

Penguatan perbatasan di Turki, yang telah menampung hampir 4 juta pengungsi Suriah dan merupakan pos transit bagi banyak migran yang berusaha mencapai Eropa, dimulai ketika Taliban mulai maju di Afghanistan dan mengambil alih Kabul pekan lalu.

Pihak berwenang berencana untuk memperpanjang tembok perbatasan 64 km lagi pada akhir tahun sejak dibangun pada 2017. Parit, kawat berduri dan patroli keamanan bersiaga sepanjang waktu di sisa perbatasan sepanjang 560 km.

"Kami ingin menunjukkan kepada seluruh dunia bahwa perbatasan kami tidak dapat dilewati," kata Mehmet Emin Bilmez, gubernur provinsi perbatasan timur kota Van. Dia menambahkan bahwa harapan terbesarnya adalah tidak ada gelombang migran dari Afghanistan yang masuk secara ilegal sebagaimana dikutip ChannelNewsAsia.com, Senin (23/8/2021).

Sebelumnya pasangan migran Afghanistan, Sayyed Fahim Mousavi dan Morsal Mousavi, ditangkap oleh pasukan keamanan Turki setelah menyeberang secara ilegal ke Turki dari Iran. Mereka sempat berfoto bersama anak-anak mereka di pusat pemrosesan migran di kota perbatasan Van, Turki kemarin.

Turki bukan satu-satunya negara yang memasang penghalang. Negara Yunani baru saja menyelesaikan pagar sepanjang 40 km dan sistem pengawasan untuk mencegah migran yang masih berhasil memasuki Turki dan mencoba mencapai Uni Eropa.

Pihak berwenang mengatakan ada 182.000 migran Afghanistan yang terdaftar di Turki dan sekitar 120.000 yang tidak terdaftar. Presiden Recep Tayyip Erdogan mendesak negara-negara Eropa untuk bertanggung jawab atas masuknya gelombang baru dan memperingatkan bahwa Turki tidak berniat menjadi unit penyimpanan migran Eropa.

Jumlah migran gelap Afghanistan yang ditahan di Turki sepanjang tahun ini kurang dari seperlima jumlah yang ditahan pada 2019. Para pejabat mengatakan mereka belum melihat tanda-tanda lonjakan besar sejak kemenangan Taliban pekan lalu. Jarak yang jauh bisa memakan waktu berminggu-minggu untuk sampai di negara itu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Channel News Asia
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper