Bisnis.com, JAKARTA - Afganistan diprediksi menghadapi "bencana total" berupa kelaparan yang meluas, tunawisma, dan keruntuhan ekonomi kecuali jika upaya kemanusiaan darurat disepakati setelah penarikan pasukan Amerika Serikat.
Kemarahan atas upaya evakuasi oleh pihak asing, termasuk Inggris dan AS, yang kacau sehingga jatuh korban tewas dalam kecelakaan di sekitar bandara Kabul meningkat. Sementara, para pemimpin G7 baru mengagendakan pertemuan darurat awal pekan ini.
Tokoh senior di Kabul memperingatkan akan terjadi kekacauan terbaru disertai kekeringan, perpindahan besar-besaran orang dan kelumpuhan ekonomi. Hal itu akan menciptakan bencana yang membutuhkan tindakan internasional segera.
Mary-Ellen McGroarty, direktur Program Pangan Dunia PBB untuk Afghanistan, mengatakan bahwa tindakan terkoordinasi yang cepat sangat penting.
“Jika tidak, situasi yang sudah kacau akan menjadi bencana mutlak sekaligus bencana kemanusiaan yang sempurna,” katanya seperti dikutip TheGuardian.com, Minggu (23/8/2021).
Dia mengatakan Afghanistan membutuhkan pasokan makanan, alat medis, tempat tinggal serta dana tunai saat ini.
“Penundaan bantuan selama enam atau tujuh minggu ke depan akan menjadi bencana. Orang tidak punya apa-apa. Kita harus mendapatkan makanan sekarang dan mengirimkannya ke komunitas di provinsi sebelum jalan tertutup salju,” katanya.
Upaya evakuasi yang bermasalah semakin rumit kemarin ketika kedutaan AS memperingatkan warganya untuk menjauh dari gerbang bandara karena ancaman keamanan. Para pejabat AS mengatakan bahwa risiko paling serius adalah serangan oleh afiliasi ISIS regional sebagaimana dilaporkan New York Time.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab juga mendapat tekanan atas penanganan program evakuasi karena waktu yang hampir habis untuk menyelesaikannya. Raab sedang berlibur di Kreta minggu lalu saat Kabul jatuh ke tangan Taliban.
Keir Starmer, pemimpin Partai Buruh, memintanya untuk mengundurkan diri karena kegagalannya menelepon mitranya di Afghanistan ketika pemerintah runtuh.
Sementara itu, salah satu pemimpin tertinggi Taliban, Abdul Ghani Baradar tiba di Kabul untuk melakukan pembicaraan dengan para pemimpin politik Afghanistan, termasuk mantan Presiden Hamid Karzai. Langkah tersebut bertujuan untuk membentuk pemerintahan, seminggu setelah mereka merebut Kabul yang nyaris tanpa pertumpahan darah.
Beberapa pemimpin Taliban lainnya menjanjikan pemerintahan yang inklusif dan mempertahankan tokoh-tokoh seperti menteri kesehatan dan walikota Kabul. Pertemuan itu terjadi di tengah berlanjutnya kekacauan dan pertumpahan darah di bandara Kabul.